15. Apa Semuanya Sudah Baik?

64 6 0
                                    

Vote. Tq.

Beberapa menit yang lalu, Kevin dan Chelvin pulang setelah Ayah mereka menjemput. Saat itu pula Vina melihat kebenaran dari perkataan Kevin tadi. Lelaki yang Vina kenal sebagai Pak Wijaya itu langsung berlari memeluk Chelvin dan menanyai keadaannya. Padahal disitu, ada Kevin dengan wajah muram dan mata sembab yang Vina rasa lebih perlu ditanyai kearaannya.

Namun seperti biasa, Kevin sama sekali tidak mengambil pusing. Lelaki dengan jaket hitam itu berjalan dengan langkah berat dan masuk ke mobil sang Ayah.

Vina menghela nafas. Gadis ini sekarang sudah berada didalam kamar dengan amplop coklat pemberian sang Ibu ditangan kanannya.

Belum selesai dengan pikiran tentang masalah Kevin dan uang pemberian Ibunya yang kini kian menipis, Vina dikejutkan dengan pesan dari Friska. Salah satu sepupunya yang berada di Bandung.

Roomchat Vina - Friska

Friska : tante diana udah sampe sini. Kok lo ga ikut kesini juga?

Vina : gua kan harus sekolah

Friska : ha? Sekolah?

Vina : iya lah

Friska : tadi tante diana cerita kalau dia mau berhentiin lo sekolah

Vina : serius?!

Friska : iyaaa vinaaa. Lagian coba lo pikir deh, lo tuh sekolah di SMA swasta favorit yang biaya perbulannya gede. Gua percaya lo dapet potongan SPP karena lo ikut organisasi, tapi angka segitu masih gede buat tante Diana

Vina : tapi ibu ga pernah cerita apa-apa ke gua, Fris

Friska : itu baru rencana. Kalau memang ga ada jalan lain, ya terpaksa lo harus berhenti sekolah. Sekarang, yang penting hutang ayah lo lunas

Vina : tapi gua masih mau sekolah

Friska : gua paham. Coba lo cari cara lain deh buat bayar hutang Ayah lo


Vina terlihat berfikir. Ia menoleh kekanan dan kiri. Mencari ide atau apapun itu yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Pandangannya berhenti pada jendela kamarnya yang terbuka. Gadis itu kemudian beranjak dan mendekati jendela, menatap sesuatu di luar sana.

Tak lama, ia menelfon seseorang.


"Halo, Jelo. Lo bisa bantu gua ga?"

---

"Lo serius mau jual motor ini? Bukannya ini hadiah dari nyokap lo pas lo berhasil masuk SMA Wijaya?" Tanya seorang lelaki berambut ikal yang tengah menghitung lembar demi lembar uang dikedua tangannya.

Ia dan Vina kini tengah duduk dikursi panjang yang berada didepan sebuah bengkel modifikasi. Orang akan mengira lelaki yang duduk bersama Vina adalah lelaki berandal karena tampang nya yang kekar. Belum lagi beberapa tatto dan rambut keriting yang menghiasi dirinya.

"Gua lagi butuh duit banget. Hutang bokap bikin gua sama nyokap sedikit tertekan jadi ya... emang ada yang harus dikorbanin" Jawab Vina.

Lelaki yang biasa disapa Jelo itu mengangguk paham, "Kata yang beli motor lo ini, lo boleh ambil motor itu kapan pun lo mau. Gua rasa dia paham sama keadaan lo"

Vina menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, "Baik amat tuh orang. Siapa sih?"

Jelo mengangkat bahu, "Gua juga baru ketemu kemarin pas dia bilang mau liat motor ini" Katanya, "Dan dia langsung setuju buat beli motor lo. Tadi pagi dia transfer uang dan gua udah suruh anak buah gua buat ngirim motor itu ke apartemen nya"

DeLavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang