7 - Day Two (2)

80 6 0
                                    

Vote vote vote

"Aku pernah merasakan sakit yang luar biasa. Hingga kau datang, mengobati luka hingga tiada yang tersisa"

☆☆☆☆☆

Ruang radio sekolah berada di sebelah laboratorium Biologi. Berada di gedung paling belakang diantara barisan-barisan gedung SMA Wijaya lainnya.

Dafa membuka pintu ruang radio. Mereka satu persatu masuk.

"Yang ngomong satu doang, yang nganter orang sekampung" Kata Farhan lirih.

Ruang radio dibagi menjadi dua bagian, dipisah oleh sebuah kaca besar. Satu bagian depan dimana terdapat sebuah lemari berisi arsip-arsip yang entah apa itu dan sebuah meja dengan berbagai macam kertas promosi event.

Sementara ruang lainnya merupakan ruanh inti. Berisi sebuah kursi, meja besar dengan sebuah perangkat berisi berbagai tombol, dan dua buah mikrofon.

"Ini yang mau masuk ruang inti siapa?" Ceplos Fanya.

"Alah, masuk aja semua" Seru Vina sambil mengikuti langkah Farhan.

"Gua kira cuma anggota club radio sekolah yang boleh masuk sini" Kata Kevin sambil menatap sekelilingnya.

"Gebetan barunya Dafa ketua club radio. Makanya kita gampang dapet kunci ruangannya" Jawab Fanya cepat.

"Farhan, kembaran lo mulutnya ga dikasih filter ya?" Ceplos Dafa.

Farhan hanya tertawa kecil. Ia kemudian menatap belasan tombol dihadapannya ini.

"Ini gimana cara nyalainnya?" Tanya Farhan.

Vina, Kevin, Dafa, dan Fanya mendekat.

"Anjir. Ini meja DJ? Banyak amat tombolnya" Seru Dafa nyaring.

Selanjutnya, mereka disibukkan dengan berbagai tombol yang entah apa gunanya.

"Anak OSIS tiap hari ngadep proposal sama spanduk sekalinya dihadepin ginian langsung kaya manusia purba" Kata Fanya.

Vina dan Dafa mengangguk menyetujui.

"Hm, menurut gua sih kita cuma perlu nyari tombol microfon aja. Ga usah ngatur yang lain" Kevin kemudian mencoba menekan tombol merah yang terletak di paling tengah, lalu mengetukkan jarinya ke microfon.

Tidak menyala.

"Salah tombol kali" Tanya Vina.

"Di google bener kok. Berarti mic nya yang rusak" Dafa menunjukkan layar ponselnya.

Melihat itu, Farhan langsung merampas ponsel Dafa. Ia juga mencabut kabel yang mulanya menancap di microfon ke ponsel Dafa.

"Kalau mic nya yang rusak, harusnya kalau kita muter rekaman dari hp bisa bunyi kan" Ujar Farhan yang seakan tahu isi otak teman-temannya.

Dafa bertepuk tangan, "Kesambet apaan lo Han?"

"Saudara gua tuh" Seru Fanya.

"Bukan siapa-siapa gua" Vina ikut tepuk tangan.

Sementara Kevin hanya tersenyum melihat kelakuan adik kelasnya itu. Terlebih pada gadis berambut sebahu yang berdiri disamping kirinya.

"Kalian kerja keras banget buat sekolah ini" Ujarnya.

Vina menoleh mendengar suara berat itu. Ia kemudian mengangguk, "Apapun bakal kita lakuin buat kemajuan SMA Wijaya"

"BETOL VIN" Pekik Dafa tiba-tiba.

DeLavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang