14. Pangeran Yang Tidak Memakai Mahkota

70 6 0
                                    

Just vote, vote, and vote

"Makasih ya Fan. Disaat orang berusaha menjauhi gua, lo justru berusaha bikin gua tenang"

Fanya yang tengah meminum Frappucino itu menoleh dan tersenyum, "Lo kan temen gua sejak SMP. Santai aja kali"

Vina tersenyum kecut.

"Gua bakal coba bicara sama Lauren. Gua yakin dia cuma salah paham" Kata Fanya berusaha menghibur.

"Ga usah Fan. Gua pikir gua udah terlalu kejam sama Lauren. Gua mikirin perasaan gua doang tanpa mikir perasaan dia" Kata Vina parau.

"He jangan nangis lagi astaga" Ujar Fanya sambil melihat kesekitar. Cafe ini begitu ramai dan ia berfikir kalau tidak lucu seorang Alvina Felicia menangis hingga mencuri perhatian orang banyak.

Vina mendecakkan lidah. Ia menatap Fanya yang duduk diseberangnya, "Menurut lo Devin beneran suka sama gua ga sih?" Tanya nya.

Fanya baru saja hendak menjawab. Namun dering telfon membuat fokusnya teralih.

"Farhan? Ngapain tuh bocah nelfon gua" Gumam Fanya sambil menggeser layar ponselnya.

"APASIH ANJIR KAN GUA UDAH BILANG, GUA BAKAL PULANG LIMA BELAS MENIT LAGI. GUA TUH UDAH GEDE JADI..."

Vina tertawa mendengar ocehan Fanya itu. Namun tawanya hilang bersamaan dengan raut wajah Fanya yang berubah.

"Ha? Kabur?" Tanya Fanya pada Farhan diujung sana. Nada bicaranya langsung berubah, "Ini gua cuma sama Vina di cafe depan perum Mekar Indah.. Lah anjir gimana bisa? Iya iya nanti kalau lihat gua kabarin secepatnya" Kemudian Fanya memutus sambungan telefon.

"Siapa yang kabur?" Tanya Vina.

Fanya tidak langsung menjawab. Ia menghela nafas, berusaha tenang, "Lo tau adik perempuannya Devin?" Ia balik tanya.

Vina sempat berfikir. Ia jadi ingat waktu menonton bioskop, Kevin bercerita pasal adik perempuannya yang duduk di bangku SMP.

"Oh itu. Siapa ya namanya... Chelvin?" Tebak Vina.

Fanya mengangguk, "Dia kabur dari rumah" Jawab nya singkat.

Vina mengerutkan kening, "Lah anjir kenapa bisa?" Tanya nya.

"Mana gua tau. Barusan Farhan ngasih tau kalau Kak Kevin sama ortunya lagi sibuk nyari Chelvin. Rumah gua sama Kak Kevin cuma jarak 2 rumah doang jadi Farhan langsung tau" Fanya menjelaskan.

Vina mengangguk paham, "Eh tapi lo tadi bilang cuma Kevin sama ortunya yang nyari Chelvin. Devin kemana?"

Mendengar pertanyaan itu, Fanya ikut berfikir, "Iya juga. Kemana tuh bocah?"

"Ngedate sama Sandra kali" Celetuk Vina asal. Ia kemudian mengerang dan menjatuhkan kepalanya ke meja, "Kan kan kan kepikiran lagi"

Fanya hanya menggeleng pelan, "Galau ga bikin Devin balik ke lo, Vin. Bangun" Ujarnya.

Vina menegakkan tubuh, membuat rambutnya sedikit berkibar. Ia kemudian menyeruput Frappucino panasnya, "Udah malem. Balik yuk" Ujar nya

Fanya mengangguk setuju, "Gua juga mau bantu Farhan nyari Chelvin. Lo kalo liat cewek rambut sebahu make piyama hijau langsung kabarin gua atau Kevin ya"

Vina mengangguk, "Makasih traktiran nya ya" Ia kemudian beranjak dan bersama dengan Fanya, ia keluar dari cafe tersebut.

Fanya segera berpamit. Ia berjalan menyusuri trotoar menuju pintu perum Mekar Indah yang hanya berjarak beberapa meter dari cafe ini. Sementara Vina sudah menaiki motornya dan bersiap untuk melaju.

DeLavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang