9 - Day Three (Prom Night)

79 3 0
                                    

"Terimakasih, untuk bahu tempat bersandar. Walau hanya sekejap, itu sangat luar biasa"

☆☆☆☆☆

Vina tak henti-hentinya mengumpat saat menaiki tangga menuju lantai 2, tempat Prom Nigh dilaksanakan.

Bagaimana tidak, besi panjang disisi tangga yang digunakan sebagai pegangan itu justru dililit berbagai macam untaian bunga yang membuat benda itu tidak bisa digunakan semestinya.

Padahal high heels yang Vina pakai ini memaksanya untuk berpegangan pada sesuatu.

Walau membutuhkan waktu cukup lama, Vina bisa sampai di lantai 2. Ia langsung terpana dengan dekorasi yang begitu luar biasa. Di sisi kanan, terdapat meja bar dengan beberapa kursi dan minuman yang tersaji. Di sisi kiri terdapat presmanan dengan berbagai kudapan cantik. Di tengah ruangan terdapat beberapa sofa yang disebar. Dan di sisi yang berseberangan dengan pintu masuk, terdapat panggung kecil dengan berbagai alat band juga dekorasi yang tak kalah indahnya.

Tak lupa dengan lampu remang dan alunan musik yang membuat Vina sempat berfikir kalau ia sedang berada di diskotik, bukan aula sekolah.

Beberapa orang berlalu lalang dengan berbagai kostum. Tak ada lagi yang memakai kostum penyihir atau sesuatu yang berhubungan dengan jubah dan warna hitam. Kebanyakan dari mereka memakai kostum princess atau kostum dengan warna pastel.

Semua ini tampak agak asing bagi Vina. Mengingat semua event sekolah bertema horror, sebelum manusia bernama Devin Septian Wijaya itu datang dan merubah mindset nya.



"ALVINA!"

Lamunan Vina buyar. Kedua matanya menangkap Lauren dengan kostum unicorn nya tengah melambai.

Vina tersenyum dan menghampiri gadis itu.

"Tumben lo terjun langsung ke acara. Lo ga jadi panitia yang sibuk di belakang panggung?" Tanya gadis bernama panjang Laurencia Nabilah itu.

"Prom night yang ngurus tim nya Jesy. Gua capek ngurus festival kemarin" Jawab Vina.

Lauren ber-oh. Mereka kemudian berkeliling aula, dan bertemu Fanya yang memakai pakaian brokat dan berkonde. Seperti mau ke karnaval kartini saja pikir Vina

Saat ditanya mengapa berpakaian seperti itu, Fanya menjawab "Karena Prom Night ini temanya dream land atau alam mimpi, jadi aku mau nunjukin mimpiku. Yaitu menjadi wanita hebat"

Vina dan Lauren berdecak kagum.

Mereka juga bertemu Dafa. Lelaki yang menjadi pusat perhatian karena tuxedo hitam mengkilat yang ia pakai.

"Bokap mesen tuxedo ini langsung dari Paris, dirancang designer provesional. Khusus buat Prom Night SMA Wijaya"

"Oke, sultan bebas" Vina mengomentari.

Namun lelaki bernama lengkap Dafandra Lucas Lazuardi itu memakai sepatu kets putih yang jelas sangat nabrak dengan tuxedo hitamnya.

"Ini bukan sepatu di tanah abang yang 45 ribuan. Ori nih, nyokap yang beli waktu liburan di Eropa minggu lalu"

Tak cukup dengan itu, Dafa menarik sedikit lengan jas nya. Menampakkan sebuah jam tangan emas mmberkilau yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Rolex asli nih. Jangan tanya harga, nanti kalian shock"

Lauren menatap Dafa dengan wajah datar nya, "Daf. Lo nanti balik lewat mana?" Tanya nya.

"Depan Indomaret deket perempatan. Kenapa?" Dafa balik tanya.


DeLavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang