51. Last Letter

2.2K 113 44
                                    

Sambil dengerin lagu awake nya Jin-BTS deh, kalo mau...

***

"Sayaaang..."

Refan memanggilku, suaranya menggema dari ruang tamu.

"Iya bentaaar."

Aku masih mengangkat kaldu ayam, buru-buru kuselesaikan lalu mengecilkan api kompor.

Aku baru saja hendak berbalik, tapi dia sudah berdiri di depan pintu dapur.

"Ini ada surat."

Refan tersenyum, menyodorkan sebuah amplop cokelat.

"Dari siapa?"

"Di amplopnya sih yayasan. Mungkin yayasan yang kamu ajak kerjasama bulan kemarin?"

Aku meraih amplop tersebut.

"Aku lanjutin kerja dulu ya. Masih banyak kerjaan."

"Iya."

Refan kembali kearah ruang tamu. Ini hari minggu tapi dia masih saja sibuk bekerja. Kerja jadi panitera memang sibuk, banyak yang harus diketik.

Aku membuka amplop dokumen tadi. Di dalamnya ada beberapa dokumen berkas. Aku membacanya.

Isinya tentang persetujuan pencairan dana dan kerjasama yang kuajukan bulan lalu.

Sesuatu mengganjal saat aku hendak memasukkan dokumen-dokumennya ke dalam.

Aku menariknya. Sebuah amplop surat?

"Dear The Last Girl That I Love"

Tertulis di amplopnya.

Hah? Buru-buru aku membukanya.

"Hai, Tha. Dunia ini sempit ya? Aku seneng banget kamu ngajuin proposal ke yayasan yang perusahaanku bangun."

Aku menutup mulutku membacanya, tak percaya. Denata...?

"Kamu masih ingat aku kan? Maaf aku balik lagi, tapi cuma sebentar kok. Aku cuma kangen. Aku mau minta maaf."

Bagaimana mungkin aku bisa lupa? Kamu, yang selalu hidup di pikiran aku.

"Maaf. Maaf aku ganti nomor."

"Maaf aku ngapus kontak kamu."

"Maaf email kamu gak pernah kubales."

"Maaf aku tutup akun-akun sosmed."

"Maaf. Kalo aku gak gitu aku gak tahan buat gak ganggu hidup kamu."

Mataku berkaca-kaca membacanya. Sudah setahun sejak pernikahanku dia menghilang.

"Maaf aku gak bilang-bilang udah pindah ke luar kota sejak nenek meninggal."

"Kamu sehat kan?"

Kamu kuat Den? Kenapa gak bilang? Kamu pasti butuh seseorang. Ah, aku lupa... Sudah ada Roy disampingmu kan?

"Jaga diri baik-baik ya."

Kamu juga, Den.

"Dulu Roy pernah ngajakin mampir ke rumah kamu tapi aku gak mau. Aku bilang, "kamu mau aku ketemu Neratha terus nanti aku gak mau balik?" Habis itu dia ketakutan! Lucu banget."

Aku tertawa membacanya.

"Maaf ya, Tha."

"Kalo ada apa-apa, kamu bisa hubungin aku lewat yayasan ini. Tenang, aku udah bilangin kamu itu prioritas. Harus selalu diduluin. Jadi jangan ragu."

Dia tidak pernah berubah. Selalu menjadikanku prioritas. Kamu gak bosan Den?

"Gak ngubungin juga gapapa kok. Aku tau kita udah punya suami masing-masing."

Dan kamu masih sarkas sampai sekarang...

"Surat ini gak perlu kamu balas. Cukup kamu baca aja. Aku gak tau kapan bakal ngubungin kamu lagi. Anggap aja surat ini balasan dari video yang kamu kasih tiga tahun yang lalu. Telat banget ya? Ya maaf."

"Aku tau kehidupan bakal terus berlanjut. Terus semangat ya."

"Ingat, apapun kesulitan yang kamu hadapin pasti akan berlalu."

"Gak ada yang kekal di dunia ini termasuk masalah."

Cinta aku ke kamu kekal, Den.

"Thank's, for being the last girl that I love too. I love you 3000. Goodbye."

Aku tersenyum membacanya.

I love you 3000 too, Den.

***

Haiii para pembaca. Gimana? Udah cape ya ngikutin story ini? Hahaha Masih ada satu episod terakhir yang judulnya epilog... Setelah ini.

Boleh donk kasih kritik, kesan dan pesannya... Komentar pasti kubaca satu-satu. Mau nulis tokoh favorit kalian atau part favorit kalian juga boleh~ Mau cerita part atau tokoh yang dibenci juga boleh wkwkwk

Mau nanya juga boleh pisan... Sok atuh.. Mangga... :-D

Author permisi dulu ya, punten...

See you on the next chapter~





Nuansa Rasa PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang