06. Si penyebar gosip

3.4K 282 20
                                    

Sudah 2 jam gadis itu bermain ponsel di kasurnya, sambil membalas pesan-pesan yang masuk. Dia menunggu pesan dari orang yang berdiam di kamar paling ujung asrama itu, tapi tak kunjung ada pesan darinya. Dia membalas pesan dari Roy, dan beberapa junior yang membanjiri chat di whatsappnya. Sampai tiba-tiba sebuah nama masuk dan dia mengabaikan pesan-pesan lainnya, membuka pesan dari satu-satunya orang yang namanya disematkan di whatsappnya.

"Jajan mi yamin dekat asrama yuk?"

"Baru bangun?"

"Iya. Tapi udah cuci muka kok."

"Yaudah bentar ya, aku ke kamar." 

Gadis itu tersenyum, mengambil dompetnya, lantas segera menjemput temannya di kamar paling ujung.

"Geli Tha, jangan nyender-nyender. Lagian mau digosipin sama murid-murid lain?"

"Masih ngantuk Den, tapi laper. Biarin deh digosipin sama kamu, bodo amat. Mereka kan tau kita cuma temenan." Gadis itu masih berjalan sambil merangkul lengan Denata dan tak jua mengangkat kepalanya yang disenderkan ke bahu temannya itu.

"Ya kamu yang gak tau jantung aku gak bisa biasa aja kalo kamu nempel-nempel!!!" Jerit Denata dalam hatinya.

Mereka turun ke lantai 1, kebetulan seorang siswi yang kamarnya di depan tangga melihat mereka.

"Kakak! Kalian mau kemana sore-sore?" Anak itu mendekat dan menyapa senior-seniornya.

"Jajan Nit! Ikut?"

"Enggak ah, aku gak mau ganggu orang pacaran."

Neratha terbelalak, matanya membulat, lantas tertawa keras. 

"Lah siapa yang pacaran?"

"Kakak sama Kak Denata."

"Kata siapa?" 

"Satu sekolah udah tau."

"Haaah?"

Neratha terkejut betulan sekarang. Kali ini Denata yang sedari tadi cuek bebek ikut menoleh kearah anak itu.

"Serius kamu?"

"Iya Kak. Katanya Kak Neratha itu... Hmmm... maaf kak, kakak L ya?"

"Enggak Nit, kakak XL." 

Nita menepuk jidatnya yang tidak lebar-lebar amat.

"Lesbian Kak maksudnya."

"Enggak kok. Kata siapa?" 

"Gosipnya udah nyebar Kak ke anak kelas 1."

Nertha dan Denata berpandangan. 

"Enggak Nit. Kami cuma temen aja. Kami memang akrab banget. Tapi makasih ya infonya." Neratha tersenyum manis.

"Iya sama-sama Kak. Tapi Kakak beneran L?"

"Kakak XL."

Neratha melanjutkan jalannya. Kali ini anak itu mengikuti pelan dari belakang.

"Kak, aku gak peduli. Tapi kalo Kakak beneran L, aku bisa donk berjuang dapatin Kakak?" Neratha menghentikan langkahnya, menoleh pada junior kecilnya itu dan tersenyum sambil berkata...

"Kamu masih muda, gunakan waktumu untuk hal-hal yang baik. Tirulah hal baik yang bisa ditiru, buang buruknya, dan jangan ikut-ikutan terjerumus. Jangan sampai kamu menyesal atas sesuatu yang kamu tahu seharusnya tidak kamu lakukan. Cukup lakukan hal-hal yang benar dan penuhi kewajiban-kewajiban kamu sebagai murid."

"Bayar SPP contohnya." Sambung Denata asal.

Nita mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Mau ikut gak?" Kali ini Denata mengajaknya berbicara. Sungguh momen yang langka.

"Enggak Kak. Makasih." Nita berjalan kembali menuju kamarnya.

***

"Udah makan aja, jangan dipikirin. Nanti kita tangkap orangnya."

"Iya. Pake apa? Pake jala?" 

"Jaring. Apa pukat harimau biar berisik?"

"Bom aja den sekalian."

***



Nuansa Rasa PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang