"Bun, ntar kalau ada temen abang suruh langsung naik ke atas aja ya," pesan Samudra pada bundanya yang tengah duduk menonton televisi.
"Temenmu Babas sama Iqbaal bang?" Tanya Bunda Samudra memastikan.
"Iya bun, siapa lagi. Tapi ntar kalau ada Abil bilang aja abang lagi tidur nggak mau diganggu," pesan Samudra lagi sesaat sebelum ia menaiki tangga ke lantai 2.
"Kenapa gitu bang? Biasanya juga kalian main bareng" Heran Bundanya.
"Nggak papa bun, lagian mereka mau ngobrolin game sama main PS kasian ntar Abil nggak nyambung sama kita," jelas Samudra kemudian langsung naik ke lantai dua setelah mendapatkan jawaban ooh dari bundanya.
Samudra itu adalah tipe anak rumahan yang lebih betah berdiam diri dirumah sambil baca buku atau marathon drama bareng Nabila ketimbang harus menghabiskan waktu diluar rumah dengan kegiatan yang menguras tenaga.
Home sweet home.
Samudra menemukan kesenangan sendiri di rumahnya.
Kaya minggu ini, cowo yang tengah mengotak atik Handphonenya itu, sedang menunggu dua teman sepermainannya yang tinggal tidak jauh dari rumah.
Geng komplek. Anak-anak seumurannya yang tumbuh di komplek yang sama dan sudah berteman saat mereka masih sangat kecil. Samudra, Nabila, Iqbaal dan Bastian. Dengan Iqbaal dan Bastian yang berbeda sekolah dengan mereka.
"WOI BANG!" Seru Bastian, membuka setengah pintu kamar Samudra hanya untuk menyembulkan kepalanya disana.
Samudra di tempat tidurnya menoleh sedikit, cuek sambil masih fokus pada handphonenya,
"Hm.. masuk. Ngapain pake ngintip-ngintip?"
Bastian terkekeh, membuka pintu lebih lebar untuk masuk ke kamar Samudra, "hehehehe kirain ada Abil," ujarnya geli sendiri.
"Nggak ada. Abil lagi jalan sama temennya," jawab Samudra, masih enggan buat berpindah dari tempat tidurnya atau bahkan mengalihkan fokus dari layar handphonenya.
"Lah? Temennya yang mana? Temennya kan kita?" Heran Bastian. Pasalnya ini pertama kalinya bagi Bastian mendengar Nabila jalan bareng teman yang lain selain mereka bertiga. 3 cowo absurd yang mengklaim diri mereka sebagai three musketernya Nabila.
"Ada tuh kakak kelas kita disekolah. Eh btw si Iqbaal mana?" Jawab Samudra nggak ambil pusing. Kini ia duduk di pinggir tempat duduk memperhatikan Bastian yang sibuk dengan playstation miliknya.
Bastian menoleh, "kakak kelas? Cewe cowo? Kok nggak bareng lo perginya?" Tanyanya beruntutan. Teralihkan fokus awalnya yang ingin main Ps.
"Cowo, eh gue nggak pernah cerita ya? Namanya Duta, udah berapa kali ngajak Abil jalan. Kemaren-kemaren sih gue juga ikutan,"
"Terus sekarang kok nggak?"
"Nggak tau ah, males. Jadi nyamuk. Eh gue nanya si Iqbaal mana?"
"Lagi dijalan, abis jogging sama cewenya sekalian ngajak makan siang kayanya," jawab Bastian.
"Eh bang," Bastian meringsut mendekat lalu duduk di samping tempat tidur Samudra. "Lo nggak kepikiran apa buat nyari pacar? Abil aja udah mulai deket sama cowo. Iqbaal udah nggak bisa dihitung mantannya. Nah lo masih gini-gini aja. Kalo nggak ngabisin waktu sama Abil ya ngabisin waktu sama buku," ucap Bastian dengan muka polos serius.
"Mau sih, ini lagi usaha," jawab Samudra kemudian menunjukan layar handphonenya pada Bastian. Layar handphone yang sedari tadi jadi pusat perhatiannya.
"Cantik nggak?" Tanyanya.
"Eeh? Siapa nih? Gebetan lo bang?"
"Wah tipe gue banget ini, minta kontak dong," ujar Iqbaal yang entah sejak kapan sudah di kamar Samudra berdiri sambil memegang sepiring bolu gulung di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Orangeade
Teen Fiction"Aku biru kamu oren" "Kenapa lo milih warna biru?" "Karna aku samudra, samudra biru," "Terus gue? Kok oren?" "Karena kamu kecut, kerjaanya marah-marah mulu," Katanya seseorang yang bertolak belakang dengan kita dihadirkan untuk saling melengkapi...