Flashback onSeorang gadis cantik sedang menangis dihadapan kedua orangtuanya yang diselimuti kain putih.
"Ma pa bangun jangan tinggalin Annya" lirih gadis bernama Annya sambil mengguncang tubuh kedua orangtuanya.
"Udah ya iklasin mama papa kamu,nanti mereka sedih ngeliat Annya seperti ini" ucap Ani adik dari ibu Annya.
"Nanti annya tinggal dimana tan?siapa yang ngurusi Annya?mama papa udah gak ada hiks hiks" tangisan Annya semakin deras.
Ani membawa tubuh rapu Annya kedalam pelukkannya,jujur ia juga merasakan apa yang dirasakan keponakannya ini.
"Annya mau tinggal sama tante? Tantekan tinggal sendiri" Annya mendongakkan kepalanya menatap Ani,kemudia ia mengangguk.
Proses pemakaman berjalan dengan lancar. Annya duduk dihadapan dua buah gundukan tanah.
"Ma pa Annya pamit pulang ya,sekarang Annya tinggal sama tante Ani. Mama sama papa harus bahagia diatas sana ya" Annya mengelus batu nisan itu dengan lembut.
Kak aku janji bakalan jaga Annya seperti kamu yang dulu slalu ngelindungi aku,batin Ani.
"Ayok Annya kita pulang" Annya bangkit dan berjalan ke arah Ani.
Flashback off
"Annyaa!!" pekik seseorang membuyarkan lamunan Annya.
"Eh iya?" balas Annya.
"Kamu tidak pulang? apa kamu ingin menginap disini? " Annya melihat jam tangannya yang menujukan pukul 9 malam.
"Ah iya maafkan aku sa,apa kamu ingin pulang bersama? " tawar Annya.
Perempuan yang dipanggil sa tu menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah dijemput robbi" tolak Lisa.
"Apa kamu ingin ikut? "Annya menggeleng.
"Tidak usah aku pulang sendiri saja,aku tidak ingin menjadi obat nyamuk " tolak Annya.
"Hmm baiklah,kalo begitu aku duluan ya " Lisa berjalan meninggalkan Annya.
Annya membereskan barang-barangnya dan memasukan ke dalam tasnya,kemudian ia berjalan keluar meninggalkan kantor tempat ia bekerja.
"Lembur lagi neng? " tanya Pak Agus seorang satpam dikantor Annya.
"Iya pak hehe,Kalo gitu Annya duluan ya pak " pamit Annya.
"Iya neng hati-hati".
🍁🍁🍁
Disisi lain terdapat seseorang yang baru bangun dari tidurnya,ia melirik jam ditangannya dan menoleh ke samping mendapati seorang wanita dengan punggung polosnya.
Ia memakai pakaiannya,tak lupa sebuah koper yang berisikan uang. Kemudian ia berjalan keluar dari tempat laknat tersebut.
"Apakah besok aku ada meeting?" tanya laki-laki itu.
"Tidak pak"
"Baik" laki-laki itu menutup telponnya.
Fernan Albarac. Nama itu sudah tercatat didaftar deretan bilionere, wajahnya yang sempurna dan menyandang marga Albarac membuat ribuan wanita ingin menjadi pendampingnya.
Tapi,apalah daya diantara ribuan wanita yang mengejarnya tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik.
Terkadang Fernan berpikir apakah ia gay ? Jika ia gay tidak mungkin ia merasakan nafsu yang besar saat jalang tadi menggodanya.
Fernan berhenti disebuah minimarket untuk membeli beberapa camilan.
Saat memasuki minimarket tersebut banyak pasang mata memandangnya kagum. Jujur ia risih dipandang seperti itu.
"Astaga kenapa rak ini tinggi sekali" keluh seorang gadis yang sedang melompat-lompat.
"Aku akan memarahi orang yang membuat rak tinggi ini" Fernan tekekeh mendengar keluh gadis itu.
Fernan berjalan menghampiri gadis itu.
"Jika kau tidak bisa menggapainya,mintalah seseorang untuk mengambilnya" Gadis itu mendongak saat mendengar suara dibelakangnya.
Cantik,satu kata saat Fernan melihat wajah gadis beriris mata biru itu. Gadis itu merengut dan mengambil camilan yang diambilkan oleh Fernan,kemudian ia meninggalkan Fernan.
"Hei siapa namamu" teriak Fernan,gadis itu tidak memperdulikan teriakan pria tampan itu dan terus berjalan.
Aku harap kita bertemu lagi blue eyes,batin Fernan.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Billionaire
Chick-Lit"Jika seseorang telah menghancurkan kepercayaanku,maka aku tidak akan pernah kembali kepadanya lagi" -Annya Gibert "Aku tidak akan pernah melepas apapun yang sudah menjadi milikku,sejauh apapun ia pergi aku pasti akan mendapatkannya" -Fernan Albarac...