Chapter 7

473 10 0
                                    


"Ada apa tuan?" tanya Annya dengan hati-hati.

"Kenapa wajahmu penuh dengan keringat?" Fernan memperhatikan wajah Annya.

"Ah saya tadi berjalan dari apertement menuju kantor karena saya kesiangan tuan" jawab Annya.

"Aku juga ingin kekantor,lebih baik kita berangkat bersama" ucap Fernan sambil menarik pergelangan tangan Annya.

"Tunggu tuan" tahan Annya.

"Ada apa?" tanya Fernan.

"Lebih baik saya berjalan kaki saja" tolak Annya.

"Sayangnya aku tidak terima penolakkan Annya" Fernan langsung menarik Annya dan menuju mobilnya.

Didalam mobil.

"Mengapa kau kesiangan?" tanya Fernan.

"Saya pulang larut malam tuan karena ada urusan" jawab Annya.

"Urusan apa?"

"Itu privasi saya tuan"

Kemudian tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Annya yang sedang memperhatikan jalanan dan Fernan yang sedang memperhatikan Annya.

"Kita sudah sampai tuan" ucap Darren.

"Tunggu,kenapa berhenti direstoran?" tanya Annya.

"Aku belum sarapan Annya,seperti kau juga belum sarapan" jawab Fernan.

"Saya sudah sarapan tuan" balas Annya.

Kruk kruk kruk

"Sepetinya perutmu mengatakan belum" ucap Fernan sambil terkekeh.

Wajah Annya memerah.

"Ah sudahlah lebih baik kita masuk sekarang" putus Fernan.

"Tapi tuan.."

"Aku tidak menerima penolakan Annya Gibert"

Mereka pun memasuki restoran tersebut. Tidak lama kemudian mereka keluar dari restoran.

"Maaf tuan lebih baik saya berjalan saja,terima kasih atas tumpangan dan makanannya" ucap Annya.

"Kenapa?" tanya Fernan.

"Tidak enak jika dilihat dengan karyawan lain tuan,kalo begitu saya permisi" Annya pergi meninggalkan Fernan dan berjalan menuju kantor yang tidak terlalu jauh dari restoran tersebut.

"Huft tidak apa-apa Fernan masih banyak waktu untuk mendekatinya,setidaknya ini awal yang cukup baik" ucap Fernan menyemangati dirinya sendiri,kemudian ia masuk kedalam mobil dan menuju kantor.

🍁🍁🍁

"Akhirnya sampai juga" keluh Annya sambil duduk dikursinya.

"Dari mana saja kau ya" tanya Lisa.

"Jika aku beri tau mungkin kau akan mengira aku berkhayal" balas Annya.

"Aku selalu percaya omonganmu ya"

"Kemari" Lisa mendekat.

"Apakah kau percaya jika aku diberi tumpangan oleh bos,dan diajak makan direstoran oleh bos" bisik Annya.

"APAA?!!" teriak Lisa.

"Ini kantor lain hutan,jika kau ingin berteriak lebih baik kau bekerja sebagai tarzan" desis Anton.

"Mengapa kau berteriak sa?" tanya Jimmy.

Saat Lisa hendak menjawab pertanyaan Jimmy, Annya buru-buru membekap mulut Lisa.

"Ah tidak apa-apa hanya masalah wanita" jawab Annya.

"Jangan pernah kau memberi tau kepada mereka" ancam Annya.

Lisa mengangguk.

"Kenapa bos bisa care kepadamu ya?sedangkan ia sangat dingin kepada wanita. Apa jangan-jangan bos menyukaimu?" tanya Lisa bingung.

"Ah tidak mungkin bos menyukaiku,tidakkah kau lihat banyak wanita yang lebih dari pada aku?untuk apa ia menyukaiku?" ucap Annya sambil menekan kata lebih.

"Benar juga" timpal Lisa.

"Lebih baik kalian bekerja dari pada terus bergosip seperti itu" cela Jimmy.

Mereka berdua mengacungkan jempolnya.

"Siap pak ketuu" teriak Annya dan Lisa,sedangkan Jimmy menggelengkan kepalanya.

Detik demi detik berlalu tak terasa langit telah berwarna jingga. Annya sedang dalam perjalan menuju apertement nya,kemudian ia membersihkan dirinya dan bersiap untuk bekerja lagi.

Annya memakai celana jeans robek-robek,tanktop bewarna putih tak lupa cardigan berwarna hitam. Kemudian Annya mengambil sling bag kesayangannya dan mengunci apertementnya.

.

.

.

.

.

.

Danger BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang