Kring kring kringAlaram dinakas Annya berbunyi,Annya bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Annya mengambil kemeja berwarna peach,menggulungnya sampai siku dan rok span dibawah lutuh berwarna hitam.
Tidak lupa Annya menguncir rambutnya menjadi pony tail ,memakai bedak tipis dan lipstik berwarna mate.
Annya berjalan menuju ruang tengah mengambil tasnya dan flatshoes bewarna senada dengan roknya.
Annya duduk dihalte,tidak lama kemudian bus datang. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit akhirnya Annya sampai digedung tinggi tempat ia bekerja.
"Pagi mbak Annya" sapa Pak Agus sambil membukakan pintu untuk Annya.
"Pagi juga pak agus" Annya tersenyum manis dan berjalan memasuki gedung tinggi itu.
Annya berjalan menuju ruangannya sambil tersenyun menyapa orang-orang yang ia kenal.
Annya memang dikenal sangat friendly, tetapi jika bersama orang yang baru Annya akan bersikap dingin terutama pada laki-laki yang baru ia kenal.
"Pagi Lisa" sapa Annya.
"Pagi juga ya" Lisa membalas sapaan Annya.
"Tumben sekali mereka datang sepagi ini? Apakah mereka mendapatkan hidayah?" tanya Annya.
Jujur bagi Annya ini sesuatu yang langka sebab teman-temannya datang sepagi ini,biasa mereka datang pada pukul 08.30.
"Apakah kamu tidak tau ya?" tanya Jimmy lelaki yang memakai kacamata berwarna hitam,yang membuatnya tampak pandai dan tampan.
Annya sempat menaruh perasaan kepada Jimmy,tetapi ia hanya bisa mengubur perasaan itu dalam-dalam.
"Tidak tau apa?" Annya menaikan alis kanannya.
"OMGG!! MY ANNYA!,Apakah kamu tidak tau jika pemilik perusahaan ini akan datang" teriak Cecil heboh wanita yang memakai lipstik merah menyala itu,merupakan lambeh turah dikantor Annya.
"Aku tidak tau dan tidak peduli" ucap Annya acuh sambil berjalan kemejanya.
"Ayolah Annya sampai kapan kau ingin sendiri? Siapa tau pemilik perusahaan ini tertarik denganmu,coba lihat wanita disekitarmu banyak yang mempercantik diri" ucap Lisa.
Annya memperhatikan sekitarnya.
Memang benar banyak sekali teman wanitanya yang sedang berdandan hanya dirinya dan Lisa yang tidak melakukan itu.
"Sudalah biarkan Annya menjadi dirinya sendiri. Lebih baik menjadi diri sendiri dari pada menjadi orang lain" ucap Anton laki-laki yang slalu membelanya jika Annya dalam keadaan seperti ini.
"Aku setuju dengan Anton" timpal Jimmy.
Tanpa diketahui Annya. Anton telah menyukainya sejak lama,memang pada dasarnya Annya orangnya tidak pekaan tetapi Anton nyaman dengan ini.
Ia takut akan merusak pertemanannya dengan Annya,bila ia mengungkapkan perasaannya.
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk Annya,apa itu salah?" sinis Lisa.
"Lebih baik kita kembali bekerja,dari pada harus bertengkar seperti ini" Annya menyudahi pertengkaran mereka.
🍁🍁🍁
Dikediaman Albarac,terlihat Fernan sedang dimarahi habis-habisan oleh Loren. Karena ia terlambat datang kekantor.
Disinilah Fernan,didalam mobil sambil menyisir rambutnya. Fernan bahkan tidak sempat sarapan akibat omelan Loren.
"Aku masih mengantuk" lirih Fernan,terasa matanya pun sudah terpejam.
Sang supir melirik tuan mudanya itu hanya tersenyum kecil,memang jika diluar ia akan terlihat sangat berwibawa dan tegas. Tapi jika dirumah ia akan menjadi anak yang sangat penurut dan takut kepada orangtuanya.
Tidak terasa mobil mewah itu sudah sampai didepan perushaan Albarac Crop.
"Tuan muda bangun,kita sudah sampai" ujar sang supir yang membangunkan Fernan.
"Ah benarkah? Apakah penampilanku terlihat buruk?" tanya Fernan.
"Tidak tuan" Fernan mengangguk dan keluar berjalan menuju gedung tinggi itu.
Saat Fernan memasuki gedung itu,para karyawan banyak yang menyambutnya dengan senyuman termanis mereka,dan hanya dibalas tatapan datar oleh Fernan.
"Saya Fernan Albarac mohon kerja samanya" ucap Fernan singkat,tidak sengaja sudut matanya menangkap soerang gadis yang sedang menundukkan kepalanya.
I got you babe,batin Fernan.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Billionaire
Literatura Feminina"Jika seseorang telah menghancurkan kepercayaanku,maka aku tidak akan pernah kembali kepadanya lagi" -Annya Gibert "Aku tidak akan pernah melepas apapun yang sudah menjadi milikku,sejauh apapun ia pergi aku pasti akan mendapatkannya" -Fernan Albarac...