"Cepat kebawah pemilik perusahaan sudah datang" teriak kepala manager."Ya bagaimana apakah aku sudah cantik?" tanya Cecil pada Annya sambil menata rambutnya.
"Kau selalu cantik Cecil" ucap Annya sambil tersenyum,sedangkan Lisa hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Apakah kalian akan terus menggosip?ayo kebawah!" Mereka pun langsung bergegas kebawah dan berbaris.
Annya melihat kekanan dan kekiri,semua wanita yang ada disini sangat cantik. Hanya dirinya lah yang terlihat biasa saja.
Annya menundukkan kepalanya,karena ia merasa penampilannya tidak terlihat baik untuk bertemu dengan pemilik perusahaan ini.
"Saya Fernan Albarac mohon kerja samanya" suara itu sepertinya Annya pernah mendengarnya,tetapi ia lupa.
Perlu kalian ketahui bahwa Annya merupakan orang yang sangat pikun,entah apa sebabnya ia sendiri pun tidak tau.
"Itu saja yang saya dapat sampaikan,sekian terima kasih" Fernan langsung menaiki lift menuju ruangannya.
"Fely apakah kamu mengenal perempuan yang memakai baju peach tadi" tanya Fernan kepada kepala manager yang berada disampingnya.
"Yang mana tuan? Saya tadi melihat banyak karyawati yang memakai baju peach" tanya Fely.
"Yang tadi menunduk dan lengan baju digulung sampai siku" Fely menganggukkan kepalanya.
"Ah ia adalah salah satu pekerja dilantai 2 tuan,jika saya tidak salah namanya Annya Gibert. Annya termasuk pekerja yang sangat aktif dan hasil kerjanya juga sangat bagus,ia termasuk pekerja terbaik yang ada diperusahaan ini" jelas Fely.
Fernan tersenyum kecil saat mendengar penjelasan Fely,ternyata wanitanya itu termasuk seseorang yang pekerja keras.
Fernan pun sampai didepan ruangannya.
"Ini ruangaan anda tuan" ucap Fely.
"Terimakasih" Fernan memasuki ruangannya dan berjalan ke arah meja kebesarannya.
"Cari tau tentang Annya Gibert" ucap Fernan menghubungi orang kepercayaannya.
"Baik taun" balas orang itu.
"Selamat Annya Gibert,kau telah membuatku jatuh hati. Dan aku tidak akan pernah melepaskanmu" guman Fernan sambil mengeluarkan senyum sininya.
🍁🍁🍁
"Ingin sekali aku berkata kasar terhadapnya" kesal Cecil sambil menghentak-hentakkan kakinya menuju ruangnnya."Ada apa dengan dia?" tanya Anton.
"Dia kesal kerena Tuan Fernan tidak meliriknya sama sekali" jelas Lisa sambil terkikik.
"Hanya karena itu?" kejut Annya.
"Semua wanita pasti menginginkan perhatian dari lelaki tampan seperti Tuan Fernan Annya" jawab Lisa.
"Aku tidak seperti itu" balas Annya.
"Karna kau tidak terlalu peka dengan keadaan sekitarmu Annya" ucap Lisa sambil melirik Anton.
"Apa maksudmu?" Annya mengangkat alisnya.
"Ah aku kedalam dulu,ada pekerjaan yang harus ku selesaikan" Anton pergi meninggalkan Lisa dan Annya.
"Sudahlah ya lebih kita kembali bekerja" ucap Lisa.
Lisa tau jika Anton memiliki perasaan kepada sahabatnya itu,tetapi Lisa tidak ingin ikut campur soal itu.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu ruangan Fernan.
"Masuk" ucap Fernan dari dalam,kemudian datang seseorang laki-laki berpakaian serba hitam sambil membawa amplop coklat.
"Ini tuan" laki-laki itu memberikan amplop kepada Fernan.
"Terimakasih dan kau boleh pergi" laki-laki itu keluar dari ruangan Fernan.
Fernan membuka amplop coklat itu dan terdapat biodata lengkap tentang kehidupan Annya.
Fernan menganggukkan kepalanya,kemudian ia menelpon Fely.
"Suruh Annya Gibert keruanganku sekarang"
"Baik tuan"
Diruang kerja Annya
"Annya kau disuruh keruang kerja bos" ucap Fely yang sedang bersandar didinding.
"Ada apa?" Annya menyatukan kedua alisnya.
"Entahlah,lebih baik kau segera kesana jika tidak ingin membuatnya mengamuk" saran Fely. Annya mengangguk dan pergi menuju ruangan bosnya itu.
Annya menaiki lift. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka.
Annya melihat pintu berwarna coklat tua yang bertuliskan Fernan Albarac,ia mengetuk pintu tersebut.
"Masuk"ucap suara yang ada didalam ruangan tersebut.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Billionaire
أدب نسائي"Jika seseorang telah menghancurkan kepercayaanku,maka aku tidak akan pernah kembali kepadanya lagi" -Annya Gibert "Aku tidak akan pernah melepas apapun yang sudah menjadi milikku,sejauh apapun ia pergi aku pasti akan mendapatkannya" -Fernan Albarac...