City of Lost Souls - 5

749 68 53
                                    

Jangan lupa tekan bintang sebelum baca 🙏

-The Mortal Instruments-

Eunha berkata tidak boleh ada listrik digunakan saat memanggil Azazel, jadi apartement itu hanya diterangi cahaya lilin. Lingkaran lilin menyala ditengah ruangan. Semua dengan ketinggian dan kekuatan berbeda walaupun nyala apinya sama-sama putih kebiruan. Didalam lingkaran, sebuah pentagram telah digambar oleh Eunha, dengan batang kayu pohon rowan yang membuat pola segitiga bertumpuk dilantai setelah sebelumnaya dihanguskan.

Diluar hari sudah gelap dan saat ini sudah memasuki awal musim dingin, Sinbi, Jungkook, Hoseok dan Eunha yang merapal dengan lantang dari buku-buku ritual terlarang masing-masing berdiri disatu titik mata angin disekeliling lingkaran. Lidah-lidah api menjadi lebih tinggi dan symbol-simbol yang digambar dilantai mulai terbakar dengan warna hitam.

Hoseok mengerjap. Dia tidak yakin apa yang diharapkan tadi, tetapi bukan ini. Seorang pria tinggi berambut coklat kemerahan, tidak muda atau tua, wajahnya tanpa usia. Tidak manusiawi dan dingin, berbahu lebar, mengenakan jas hitam yang potongannya pas dibadan dan sepatu hitam mengkilat. Setiap pergelangan tanganya dilingkari galur merah gelap, yang melukai kulitnya.

"Siapa yang memanggil Azazel?" suaranya terdengar seperti logam menggilas logam

"Aku" Eunha berkata dengan suara tegas "Eunha Bane"

Azazel memutar kepalanya perlahan kearah Eunha "Warlock" ucapnya "Aku tau kau siapa"

Eunha mengangkat kedua alisnya "Sungguh?"

"Pemanggil. Pengikat. Penghancur iblis Marbas. Putri dari..."

"Nah. Tidak perlu kau sebut semuanya" potong Eunha

"Tapi, perlu" ucap Azazel "Jika kau butuh bantuan neraka, kenapa tidak memanggil ayahmu?" tanya Azazel

Jungkook menatap Eunha dengan mulut menganga. Hoseok mengerti. Hoseok pikir tidak ada orang yang pernah mengira siapa ayah Eunha.

"Ayahku dan aku tidak menjalin hubungan baik" ucap Eunha

"Terserah padamu master, kau menahanku didalam segel jadi apa permintaanmu?" tanya Azazel

Eunha tidak bicara apapun, namun dari wajah Azazel terlihat jelas bahwa Eunha sedang bicara padanya melalui pikirannya.

"Lilith cerdik" ucap Azazel "Membangkitkan anak itu dari kematian, lalu menjamin nyawanya dengan mengikatnya kepada seseorang yang kalian tidak sanggup membunuhnya. Lilith selalu lebih pandai memanipulasi perasaan manusia daripada kebanyakan diantara kami. Mungkin karena ia pernah menjadi sesuatu yang dekat dengan manusia" ujar Azazel

"Ada cara?" tanya Eunha tidak sabar "Untuk memutuskan ikatan mereka?"

"Tidak ada tanpa membunuh mereka berdua" ucap Azazel

"Kalau begitu adakah cara melukai Jimin tanpa melukai Taehyung?" tanya Sinbi

"Tidak ada senjata yang bisa aku ciptakan atau aku punya. Aku hanya bisa membuat senjata bersifat iblis. Kilat petir dari tangan malaikat, mungkin bisa membakar unsur jahat pada putra Namjoon dan entah memutuskan ikatan mereka atau menjadikan sesuatu yang lebih bersahabat. Jika boleh mengusulkan..."

"Silahkan" ucap Eunha

"Aku bisa memikrkan solusi sederhana yang akan memisahkan kedua anak itu, teman kalian tetap hidup dan menetralkan bahaya dari anak satu lagi. Imbalan bagi jasaku adalah kebebasan" ujar Azazel

"Kebebasan?" Jungkook berucap "Pangeran neraka, dibebaskan di dunia?" lanjutnya

"Kau meminta hal yang mustahil" ucap Eunha

The Mortal Instruments (KTH-JYR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang