Hujan lagi. Cukup deras kali ini. Dari balik jendela disudut kamar asrama Seokjin memperhatikan bagaimana butiran air itu mulai merintik lalu tak lama jatuh dengan derasnya.
Secangkir cokelat hangat dengan uap tipis disesap perlahan, menyisakan noda disudut bibir, sesekali diselingi oleh tarikan napas panjang yang terdengar berat. Pandangan mata Seokjin tidak terarah, benak nya sibuk mengingat masalah yang menimpa nya seminggu belakangan, yang cukup menguras emosi nya.
Dimulai dari nilai ipk nya yang terjun bebas semester ini. Seokjin masih ingat bagaimana dia hanya bisa tertunduk lesu sewaktu Choi ssaem menegur nya, kemudian berlanjut dengan ceramah panjang lebar dari dosen tua itu tentang penting nya belajar demi masa depan -- yang sebenarnya sudah Seokjin dengar dari jaman sekolah dasar dulu.
Pertengkaran kedua orang tua nya melengkapi 'penderitaan' Seokjin. Tuan dan Nyonya Kim yang biasa nya mesra bak pengantin baru, kemarin saling meneriakan kata makian yang tidak pernah Seokjin dengar sebelum nya. Seokjin yang tadi nya hampir berseru memberitahu kedatangan nya pun memilih membalik badan lantas kabur kembali ke asrama.
Dan yang paling membuat Seokjin kalut adalah absen nya si pria tersayang yang berada jauh dibelahan benua lain, yang sudah beberapa hari ini menghilang begitu saja. Tidak ada pesan kakao talk yang biasanya rutin Seokjin dapatkan. Pun ponsel nya tidak berdering dijam-jam kekasih nya itu biasa menghubungi nya. Seokjin sudah berusaha menelephone lebih dulu, atau mencoba melakukan sambungan video call yang selalu di reject oleh Kim Namjoon, kekasih Seokjin.
Perkakas elektronik dengan latar buah apel yang digigit kembali menjadi pusat perhatian, sebentar kemudian benda itu diletakan begitu saja. Seokjin kembali muram.
'Kemana dia?' Monolog Seokjin. Kedua tangan saling bersilang diatas meja, kemudian Seokjin membawa wajah nya menelungkup. Benak Seokjin secara otomatis menyuguhkan visual Namjoon yang sedang mengelus pucuk kepala nya, disertai tatapan lembut yang selalu berhasil melumerkan hati Seokjin. Ruang dengar Seokjin dipenuhi suara tawa Namjoon,seperti yang biasa pria itu lakukan bila mendengar lelucon tua Seokjin yang cendrung tidak lucu.
"Kenapa kalian tidak tertawa?" Gerutu Seokjin suatu ketika. Saat itu seperti biasa Seokjin melontarkan lelucon nya pada teman-teman nya saat makan siang. Dan respon mereka seperti biasa, hanya menggulirkan mata malas. Yoongi bahkan tanpa belas kasihan langsung menutup telinga nya dengan headsheat lantas menyetel lagu hip hop favorit nya dengan volume maksimal. Hanya Namjoon yang tertawa lepas.
"Karena lelucon mu garing hyung"
"Tapi Namjoon tertawa tuh. Kalian saja yang terlalu hidup serius"
"Namjoon hyung tertawa bukan karena lelucon mu lucu" Jung Hoseok melirik Namjoon yang masih tersenyum-senyum memandangi Seokjin.
"Aku yakin Namjoon hyung terpaksa tertawa agar Seokjin hyung tidak malu"
"Dasar budak cinta"
"Kau memang lucu sayang" ucap Namjoon begitu Seokjin menoleh berharap dibela, "mereka saja yang terlalu bodoh untuk mengerti"
Lalu sepasang kekasih itu bertatapan dengan senyum merekah dibibir. Namjoon mendekatkan tubuh mereka berdua, tangan nya menangkup pipi penuh Seokjin.
"Semua yang kau lakukan terlihat lucu dan manis dimataku. Kau itu sempurna Kim Seokjin, dan aku mencintaimu"
Kelima orang yang duduk satu meja dengan mereka mencebik jijik mendengar gombalan Namjoon. Si bungsu Jungkook bahkan membuat gesture hampir muntah. Lain hal nya dengan Seokjin yang tersenyum lebar.
Kenangan dua tahun yang lalu membuat sudut bibir Seokjin terangkat sedikit. Tetapi tanpa bisa dicegah mata Seokjin berkabut, menahan agar lapisan bening di kelopak mata nya tidak pecah menjadi buliran airmata. Kedua lutut nya kini sudah dibawa menekuk, dengan tubuh depan yang menelungkup. Kenangan lain nya kembali melintas,
"Kenapa menangis?"
"Odeng ku mati...huhuhu"
Satu pelukan hangat secara otomatis melingkupi tubuh Seokjin. Isakan nya bertambah kencang. Namjoon yang tidak tega menambah erat pelukan mereka, satu tangan nya mengusap halus punggung Seokjin.
Dan hanya dengan satu pelukan dari Namjoon sanggup membuat tangis Seokjin berangsur reda. Hari itu Namjoon menemani nya,ikut terjaga sebab Seokjin tidak kunjung tertidur, merelakan lengan nya kebas sebab menjadi sandaran Seokjin semalaman.
Di luar sana hujan bertambah deras, langit suram sebab warna nya hitam pekat. Seokjin bergelung dengan rindu yang membuatnya kepayahan menahan diri.
Dingin.
Sepi.
Seokjin butuh pelukan Namjoon.
Ingin bersama Namjoon nya.
Tidak tahan lagi, Seokjin meraih ponsel nya. Merekam suara nya dengan sekuat tenaga menahan tangis,
"Kau ada dimana Namjoonie? Cepatlah pulang, aku merindukan mu"
11062019
Ps : versi nya Namjoon menyusul yaa 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Autre Amore
أدب الهواةImajinasi random yang sayang untuk diabaikan Cast BTS member BoyXBoy Yaoi cover by @fallinbunny