Christ sedang melajukan mobil klasiknya itu untuk pulang kerumah dengan sedikit mengebut dan sampai disana ia melihat felix yang mengobrol dengan ibunya. Perasaannya sedang jatuh hari ini. Ia tidak ingin bicara apapun.
"Hey ada apa christ kau tampak murung hari ini?" Tanya ibu christ
"Aku baik-baik saja ibu" ucap christ tak memperdulikan felix dan ibunya. Ia segera naik ke atas tangga untuk ke kamarnya
"Felix..ibu tidak yakin jika christ baik-baik saja"
"Jangan khawatir ibu, aku akan bicara padanya" ujar felix menenangkan ibu christ
Ibu christ hanya tersenyum pasrah pada felix. Felix memanggil ibu christ dengan sebutan ibu karna keluarganya memang sudah sangat dekat dengan keluarga christ. Pemuda manis itu masuk ke kamar christ dengan perlahan. Mendorong pintu kamarnya dengan hati-hati
"Apakah kau pernah merasa jika Changbin suatu saat meninggalkanmu?" Ucap christ dingin
"K-kenapa kau bicara seperti itu?" Tanya felix hati-hati sambil mendekat ke arah christ
"Kau tau aku mencintai hyunjin..tapi aku tak tau dimana letak kesalahanku padanya. Dia selalu mengabaikanku"
"Mungkin hyunjin sedang ingin sendiri christ.."
"Aku tidak mengerti lagi harus bagaimana. Aku tau aku berbeda dari orang lain, terlihat pengecut hanya untuk mengungkapkan perasaanku. Aku tak tau harus apa felix.." ujar christ membalikkan badannya setelah puas menatap langit dari jendelanya . Ia mendekati felix dan menatap mata felix dalam
"T-tenanglah christ, aku yakin semua akan baik-baik saja.. Jangan khawatirkan apapun. Kau bukan seorang pengecut tapi waktu tak mengizinkanmu untuk saat ini" ucap felix mengusap kedua bahu christ lalu membawa pemuda berambut pirang itu kedalam pelukannya
"Tak ada bedanya bagiku.." ujar christ lirih sambil menyandarkan kepalanya di bahu sempit felix
"Tentu saja ada, pengecut hanya orang yang selalu memendamnya dan akan selalu begitu hingga ia kehilangan seseorang yang dia cintai" ujar felix sambil mengusap pelan rambut christ
Christ mendongakkan kepalanya menatap pada felix, ia tersenyum lalu kembali memeluk felix erat.
Felix hanya mengusap punggung christ sedih, ia bahkan tidak bisa mengatakan kebenarannya untuk christ. Ia takut jika christ lebih buruk dari ini. Ia tak ingin christ sakit hati.
Aku harap kau bisa menemukan seseorang setelah hyunjin christ batin felix memejamkan matanya ketika ia ingin menangis.
•••
Pagi ini hyunjin diriasi oleh seorang perias. Tak banyak hanya beberapa polesan saja. Membuat hyunjin lebih terlihat manis dan menawan. Ia menitihkan air matanya ketika melihat bayangannya dicermin.
Mengingat ini bukan pernikahannya dengan orang tercinta. Namun ia tidak lagi membenci ia sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi nanti. Ia berharap christ bahagia dengan seseorang walau bukan dengannya.
"Oh tuan jangan menangis lagi..riasannya jadi luntur"
Hyunjin menyeka air matanya dengan saputangan yang dulu pernah ia pakai untuk menghapus keringat christ saat pemuda berambut pirang itu berbaik hati menolong seorang wanita yang sudah tua.
Ia kembali menangis. Seakan seperti rekaman itu kembali berputar di pikirannya. Ia hanya bisa menangis.
Christ pergi ke toko bunga dengan papan skateboardnya. Ia meyakinkan dirinya untuk kerumah hyunjin untuk meminta maaf dan menyatakan perasaannya.
Hatinya bergemuruh tatkala menyiapkan kata-kata yang akan ia katakan nanti didepan hyunjin. Ia memilih bunga daisy dengan mawar merah dan putih disisinya. Ia yakin hyunjin menyukainya.
Ia pun membayar bucket bunga itu lalu melesat pergi dengan papan skateboardnya. Ia tersenyum sambil menatap bunga itu yang mekar seperti senyum hyunjin pada biasanya.
•
"Hyunjin.."
Ibu hyunjin menyentuh pundak anaknya dengan senyuman teduh.
"Nak..aku tau kau mencintai orang lain, tapi kalau kau ingin dia bahagia maka buatlah ia bahagia walau dengan cara seperti ini"
"Ibu..aku sangat mencintainya, aku tidak bisa melupakannya" Ucap hyunjin memeluk pinggang ibunya
Ibu hyunjin hanya mengusap kepala anaknya sayang. Ia juga sebenarnya bisa merasakan apa yang dirasakan hyunjin saat ini.
"Ayo hyunjin..mereka sudah menunggu kita dibawah"
Hyunjin jalan beriringan dengan ibunya ke luar rumahnya.
"Ah nyonya apa hyunjin baik-baik saja?" tanya calon ayah mertua hyunjin
"T-tentu hyunjin baik-baik saja"
Christ melihat sebuah mobil hitam dengan riasan bunga dan pita di sisi mobil itu. Ia bingung ada apa dirumah hyunjin? Ia menarik papan skateboardnya lalu menatap hyunjin berdiri disana dengan pakian rapi dan beberapa yang juga bersamanya memakai pakian serupa. Ada apa? Apakah hyunjin akan pergi?
Matanya sakit melihat semua ini. Pikirannya melayang kemana-mana memikirkan sesuatu yang pahit untuk dirasakan. Tapi ia masih bisa menghelaknya. Menghampiri hyunjin sambil menatap satu persatu orang disana.
"Hyunjin.." panggil christ dengan tatapan sendu
"Christ?!"
"Kau akan kemana?" Tanya christ lembut
Hyunjin diam, ia tak mengatakan apapun. Membuat christ bertanya kembali.
"Siapa mereka..?" Tanya christ lagi
"Kau tidak perlu tau"
Ucapan hyunjin membuat christ terkejut, namun ia tersenyum menyerahkan bunga itu lalu membungkuk dihadapan hyunjin.
"Selama ini aku hanya mencintaimu dalam diam hyunjin..aku hanya perlu keberanian untuk menyatakan perasaanku secara langsung padamu. A-aku mencintaimu hyunjin" ucap christ dengan tatapan penuh harap
Hyunjin membeku ditempat, matanya menatap netra milik christ yang menatapnya dengan tulus. Hatinya tersentuh mendengar itu dari bibir orang yang ia cintai.
Ibu hyunjin menatap christ lirih ada rasa tidak tega dalam hatinya melihat seorang pemuda yang begitu tulus mencintai puteranya.
"Aku tidak mencintaimu christ"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY |chanjin|
FanfictionTHE WAY|chanjin| COMPLETED Ketika Christ dan Hyunjin merasa kenyamanan, namun salah satu dari mereka harus menerima sebuah keputusan yang membuat mereka terpisah. Apakah mereka dapat bersatu kembali? Bagaimana perjalanan hidup Christ dan Hyunjin? In...