Christ melempar kasar papan skateboardnya ke tanah, berdiri dibalik tembok pembatas sungai itu sambil menatap aliran air sungai yang jernih.
"Apa aku salah jika aku mencintainya?" Tanya christ pada air sungai didepannya
"Apa aku salah jika aku memberikan cintaku padanya?!" Teriaknya pada pohon besar didekatnya
"Katakan padaku! Apa aku salah menjadikannya sebagai pemilik hatiku! Katakan padaku!" Christ memukul pohon keras itu dengan sekuat tenaganya.
Ia seperti orang gila berbicara pada pohon mati dan air yang hanya mengalir mengahanyutkan sesuatu dengan perlahan. Sama seperti perasannya yang sudah ia bangun susah payah tapi satu ombak saja membuatnya runtuh dan hanyut seketika. Hilang tanpa jawaban. Begitulah rasanya.
Ia memang bodoh,membungkam perasaanya yang telah tumbuh tapi memilih memendamnya. Matanya memerah dan air mata itu membasahi mata dan pipinya. Christ menangis sendiri tanpa seorangpun menemani.
•
Hyunjin kini berjalan beriringan memasuki Gereja bersama minho . Para saksi memperhatikannya. Ia melangkahkan kakinya ke altar semakin dekat dengan sang pendeta. Minho mengulurkan tangannya membantu membawa hyunjin berdiri di hadapannya. Dengan ragu hyunjin menerima uluran tangan itu.
Soal christ ia tak bisa lupakan, ia sangat mencintai pemuda itu demi apapun. Berikanlah christ sebagai jodohnya. Ia tak suka paksaan seperti ini. Ia tidak menginginkan pernikahannya.
Bukan karena benci pada pemuda bermarga Lee Minho didepannya. Tapi karena ia masih memiliki seseorang yang masih ingin ia cintai dan berbagi banyak suka maupun duka dengannya.
Air matanya kembali menetes. Minho menyadari itu, ia berfikir jika hyunjin pastinya sangat mencintai pemuda berambut pirang tadi.
Saat pendeta memulai upacaranya, hyunjin tak bergeming. Ia hanya diam dan menangis. Sampai pendeta berdehem padanya memanggil namanya pelan. Ia masih menangis dan mencoba mengikuti upcaranya.
Walau ia tak ingin upacara ini berjalan secara langsung. Ketika janji suci akan diucapkan inilah bukti dari pernikahan mereka di Gereja. Minho merapalkan janji suci itu dengan lancar dan kini giliran hyunjin.
"A-aku Hwang Hyunjin, mengambil engkau Christopher Bang sebagai—" hyunjin membulatkan matanya sendiri ketika bibirnya terucap begitu saja. Entahlah tapi nama itu yang ada dipikirannya bukan marga Lee. Semua menatap Hyunjin dengan tatapan aneh.
Pendeta menghela nafas dan kembali menuntun keduanya untuk saling mengucapkan janji suci namun hyunjin sadar ia bisa mengubah nasibnya. Ia pun menatap sinis ke arah pendeta
"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini!" Ucap hyunjin sambil beranjak dari tempatnya ia pun berlari kencang keluar Gereja. Semua tamu menatap kepergiannya.
Ia menangis di sepanjang ia berlari. Ia terus berlari kencang. Mengerjar christ, ia ke tempat latihan skateboardnya namun christ tiada disana. Ia tergesa-gesa menoleh kekanan dan ke kiri. Perasaannya bercampur aduk. Gelisah dan ia kemudian berlari kembali. Ia tau kemana christ pergi.
Hyunjin terus saja berlari, ia tak ingin sesuatu terjadi pada christ. Hingga ia sampai ditempat tujuan dan melihat christ berdiri di sisi sungai menatap sungai itu lirih.
"Dia takkan kembali lagi padaku.." ucap christ lirih
"Siapa yang katakan seperti itu?"
Christ membalikan badannya ia melihat hyunjin didepannya yang hanya berjarak beberapa meter. Hyunjin tersenyum haru dan berlari menubruk tubuh christ memeluknya erat. Christ memejamkan matanya sambil memeluk hyunjin erat hingga pemuda hwang itu berjinjit.
"Aku mencintaimu christ. Aku sangat mencintaimu" kata hyunjin sambil menangis haru
"Aku juga mencintaimu hyunjin" balas christ memejamkan matanya menikmati pelukan itu
"Tapi bagaimana dengan pernikahanmu?" Tanya christ sambil melepas pelukan
"Aku melarikan diri dari sana. Hatiku berkata aku harus datang untukmu"
"Apa mereka tidak mencarimu? Mereka pasti memerlukanmu"
"Tapi yang aku perlukan adalah kau,bukan orang lain" ujar hyunjin sambil tersenyum
Christ tersenyum kemudian menarik pinggang hyunjin agar tubuh mereka kembali berdekatan. Dahi mereka saling menyentuh jarak mereka sangat tipis.
Christ menatap hyunjin lalu mendekatkan bibirnya ke arah bibir hyunjin lalu menciumnya, melumatnya pelan nan lembut.
Hyunjin membalasnya dengan lembut dan hanya lumatan merekapun melepas ciuman itu. Mereka saling merangkul sambil tersenyum menatap kota jauh di sebrang barat sungai ini.
Kehilangan pena untuk menulis takdir membuat hyunjin mengerti. Ia tak bisa mengubah takdir tapi nasibnya, ia bisa ubah dengan segala dorongan hatinya. Menemukan pria yang memang mencintainya dan sebaliknya begitu. Ia berharap pemuda yang disampingnya akan selalu menemani disisinya. Berbagi suka maupun duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY |chanjin|
FanficTHE WAY|chanjin| COMPLETED Ketika Christ dan Hyunjin merasa kenyamanan, namun salah satu dari mereka harus menerima sebuah keputusan yang membuat mereka terpisah. Apakah mereka dapat bersatu kembali? Bagaimana perjalanan hidup Christ dan Hyunjin? In...