BAB 4

4.4K 279 21
                                    

Begitu Dika kembali lagi keruangannya setelah mengantar Fika, Regarta sudah ada di box tempat tidurnya tapi Desti tidak ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Dika kembali lagi keruangannya setelah mengantar Fika, Regarta sudah ada di box tempat tidurnya tapi Desti tidak ada. Laki-laki itu keluar kembali dan mendapati Janis di mejanya.

"Janis, Desti kemana?" Wanita yang sedang serius dengan sesuatu di layar komputer mendongak dan tersenyum pada bosnya.

"Tadi keluar dan menitipkan Regarta pada saya pak, kayaknya dia sakit deh pucet banget mukanya." Dika mengerutkan dahinya. Sejak tadi memang dia sudah melihat wanita itu sesikit pucat.

"Kamu punya nomor handphonenya?" Janis mengulum senyum. Hal itu tidak luput dari pandangan Dika. Membuat laki-laki itu sedikit salah tingkah. "Semua tidak seperti yang kamu pikirkan, saya hanya ada urusan pekerjaan dengan dia." Ucap laki-laki itu lagi. Membuat Janis tersenyum semakin geli.

"Tenang aja pak, ada apa-apa juga gak pa-pa kok. Lagian Desti itu baik loh pak orangnya. Di divisi keuangan banyak yang suka pak sama dia. Kalau bapak gak cepet nanti keburu diambil orang." Ucap janis memanasi. Dalam hati wanita yang sedang hamil muda itu tertawa keras melihat wajah bosnya yang mengisyaratkan kewaspadaan.

"Saya gak peduli dia banyak yang suka atau tidak. Kirimkan nomor telponnya ke saya kalau kamu punya." Ucap Dika pura-pura tidak peduli. Walaupun sebenarnya ada yang berdesir di hati mengetahui bahwa karyawan genitnya itu memiliki banyak penggemar. Laki-laki itu masih saja membohongi dirinya sendiri. Janis ingin sekali tertawa. Tapi demi profesionalismenya, wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk.

"Baik pak, segera saya kirim nomor Desti ke bapak." Dika masuk kembali ke ruangan dan duduk dengan gelisah di kursi kebesaranya. Entah kenapa, tumpukan pekerjaan yang biasa menjadi minatnya kini tidak menarik lagi. Pikiranya melayang kemana-mana. Menebak kira-kira siapa saja laki-laki yang berpotensi menyukai karyawan genitnya. Ini semua gara-gara Janis, jadi kepikiran kan?

Getaran di ponsel membuat Dika keluar dari pikiran beratnya. Rupanya Janis sudah mengirim nomor Desti. Dipandangi barisan angka itu kemudian menyimpanya di ke dalam kontak. Sedikit tertarik dengan foto profil yang dipasang wanita itu di akun whatsappnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROKEN HEART ||TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang