BAB 2

5.6K 275 11
                                    

Alunan suara musik klasik menggema di sebuah kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alunan suara musik klasik menggema di sebuah kamar. Deretan potret Ballerina tergantung indah hampir di setiap bagian dinding.

 Salah satunya adalah yang menggunakan costum leotard putih dengan hiasan tutu yang juga berwarna senada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Salah satunya adalah yang menggunakan costum leotard putih dengan hiasan tutu yang juga berwarna senada. Foto itu diambil tepat tiga puluh menit sebelum pentas dimulai. Tepatnya dua tahun yang lalu. Dimana sorak sorai dibarisan penonton kian menggema di telinga. Aroma harum dari panggung berkelas internasional memanjakan hidung hampir setiap Ballerina yang menunggu gilirannya tampil. Gadis cantik itu mulai berpose dengan sangat manis ketika jepretan kamera dari bundanya tepat mengenainya.

Tapi sebaik-baiknya rencana yang disusun manusia, tidak akan pernah bisa merubah takdir yang diciptakan Tuhan. Hingga dengan dasyatnya, semua bencana itu terjadi. Menjadikan panggung megah hanyalah sebuah impian yang tidak mungkin tercapai. Menghancurkan hasil dari bertahun-tahun usaha untuk sebuah mimpi.

"Desti, Nanti telat ngantor!" Wanita itu menghapus setitik air mata yang jatuh tanpa dia minta. Memang masih sesakit itu jika mengingat mimpinya yang tinggal selangkah lagi, tapi harus  gagal dengan begitu tragisnya.

"Iya bunda, Desti udah rapih kok." Wanita itu memang selalu bersemangat ketika hendak berangkat ke kantor. Mengingat di sana ada laki-laki pujaan yang membuat energinya seolah bertambah ribuan kali lipat. Hal itulah yang membuat Marina akhirnya mengizinkan bekerja kantoran.

"Pagi mbak Desti!" Seperti biasa Niken salah satu karyawan di Green Kafe yang menyatu dengan tempat Desti tinggal, akan menjadi orang kedua yang menyapanya setiap pagi menjelang.

"Pagi juga Niken, gimana pentas princess Jelita kemarin?" Niken mengacungkan kedua jempolnya dengan sangat bersemangat.

"Bagus dong, juara dua mbak."  Ucapnya bangga. Desti ikut senang dibuatnya. Jika tidak diburu waktu untuk berangkat kerja, gadis itu sudah pasti akan mengobrol ber jam-jam untuk menanyakan lebih detail tentang lomba menari yang diikuti putri semata wayang Niken. Sebab tidak pernah ada yang berubah. Segala macam yang berhubungan dengan panggung, akan menjadi minat terbesarnya. Setelah Dika tentunya. Laki-laki itu masih jadi minat paling besar sekarang ini. Yang membuatnya bangkit dari keterpuukan dan kembali berusaha untuk terus bahagia.

BROKEN HEART ||TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang