"Wa, gue gak bisa temenin lu cari kado tar siang." Dewa menaikan alisnya sambil memicingkan mata penuh kecurigaan.
"Kenapa?" sebenarnya Dewa tidak terlalu memaksa Desti untuk menemaninya hanya saja menyenangkan jika mengajak si berisik itu untuk saling bertukar pendapat.
"Pak bos minta temenin makan siang." Dewa kembali menaikan alisnya penuh kecurigaan.
"Jadi tadi dia panggil lo cuma mau dimintain tolong temenin dia makan?" Sepertinya Dewa mencium aroma cemburu yang mulai semerbak tercium di penjuru kantor.
"Bukan itu aja sih." Dewa semakin penasaran untuk mengorek informasi perihal kedekatan Desti dan bosnya itu.
"Terus?" Desti menghembuskan nafasnya perlahan.
"Katanya kalau jam kerja kita gak boleh ngobrol." Jika tidak melihat suasana khusuk pekerja yang lain, Dewa sudah tertawa terbahak-bahak. Apalagi melihat tampang polos Desti yang membuatnya gemas bukan main. Sudah sejelas itu Dika mengutarakan cemburu, tapi Desti masih belum mengerti juga.
Desti memang cantik, terlihat sangat modis dan pandai merias diri, tapi Dewa sangat tahu sebenarnya gadis itu sangat bodoh perihal cinta. Bahkan Dewa berani bertaruh bahwa sahabatnya sejak SMA itu belum pernah sekalipun berpacaran.
"Oke, kalau gitu sekarang kita jangan ngobrol, nanti pak Dika marah lagi loh?" ucap Dewa geli. Tapi dengan polosnya Desti langsung kembali ke meja kerjanya dan menatap layar komputer dengan serius. Sungguh Dewa ingin tertawa kencang melihat betapa bodohnya sahabatnya itu. Sekaligus merasa sangat kawatir, karena laki-laki kaya seperti bosnya berpotensi sangat besar untuk menyakiti Desti. Terlebih lagi Dika bukanlah laki-laki single seperti kebanyakan, dia memiliki seorang putra dan tidak ada yang pernah tahu siapa ibunya.
"Dewa! tolong ke ruangan saya!" Dewa kembali mengulum senyum. sepertinya giliranya sekarang yang akan mendapat peringatan cemburu. Mungkin akan sedikit menyenangkan jika bermain-main sebentar. Sambil berjalan laki-laki itu tersenyum geli. Cinta memang kadang sangat lucu.
"Duduk!" Dengan santai laki-laki itu duduk dihadapan bosnya. Tidak sabar menanti kalimat yang akan diucapkan Dika.
"Bantu saya selesaikan ini!" Dewa mengambil sebuah berkas dari bagian pemasaran yang disodorkan Dika kemudian membukanya. Selama beberapa menit mereka berdua sibuk menyelesaikan berkas masing-masing.
"Kayaknya kamu akrab banget yah sama Desti?" Dewa sedang menandai bagian grafik-grafik yang harus dipindahkanya kemudian menghentikan tangannya, diam-diam tersenyum geli.
"Iya pak, Desti cantik sih."
"Uhukk.." Dika yang tersedak minumannya tiba-tiba. Dalam hati Dewa ingin tertawa lantang.
"Dia kan perempuan pasti cantik lah." Dewa terkekeh.
"Cantiknya Desti beda pak, bikin saya berdebar-debar." Dewa mulai merasakan aura yang mencekam disekitarnya.
"Kamu suka sam dia? kamu tahu kan peraturan perusahaan ini? gak boleh ada yang pacaran!"Kali ini Dewa tersenyum tenang. Membuat Dika waspada. Sepertinya laki-laki seperti Dewa tidak bisa dianggap remeh.
"Iya pak saya suka Desti, kalau bapak suka dia juga gak pa-pa kok!" Dewa tersenyum, berbeda dengan Dika yang menampilkan raut wajah datar miliknya.
"Mana mungkin saya suka sama Desti." Kali ini Dewa tidak lagi tersenyum. Laki-laki itu memandang serius ke arah Dika, membuat Bosnya itu menaikan alisnya penasaran.
"Baguslah kalau bapak gak suka, saya jadi gak ada saingan kan." Dewa kembali tersenyum. "Bapak saingan terberat saya loh ngomong-ngomong." Dika diam saja sementara Dewa dengan santainya kembali serius mengerjakan berkas dihadapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HEART ||TERBIT
Romance21+ SUDAH DIHAPUS... SILAHKAN HUBUNGI INSTAGRAM EVOLIF MEDIA UNTUK PEMESANAN BUKU. 💙🧡 Follow author sebelum membaca!! ❤❤❤ Cerita sedang di revisi jadi harap maklum jika menemukan hal hal yang aneh. Dika baru saja putus setelah tiga tahun berpaca...