Dia Fatamorgana ( 5 )

3 1 0
                                    

Lebih baik meninggalkan cinta daripada menambah luka.
Lebih baik memendam rasa
Daripada mengungkapkannya yang berujung luka.
.

(Reinaya__Alida)

"Eh Rein kamu itu ambil fakultas apa sih.." Tanya Fey ketika sudah dikantin.

"Maunya sih ilmu budaya jurusan sastra indonesia tapi mamah nyaranin fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, fiuhhh kaann bingung akunya.!  Kalo kamu.?  " inaya balik bertanya seraya tersenyum yang terlihat dipaksakan begitu jelas dimata fey

"Adasih tapi lagi debat juga sama twin.! " jawabnya ikut murung.

"Yaudah semoga yang terbaik aja tuk kita semua" inaya berkata demikian dengan senyum manisnya.

"Keknya minat banget kamu sama sastra indonesia, jadi kepo. Hihi" fey memang termasuk pada miss kepo, jangan salah jika dia juga ceplas ceplos kalo sudah akrab dengan seseorang.

Inaya terdiam ketika mendengar pertanyaan fey, langsung nama Arham dan wajahnya terbayang dalam ingatan inaya, namun seketika ditepisnya.

"Kan aku orang indonesia wajar dong mau lebih mendalami tentang bahasaku, ya memangsih aku gk terlalu tahu tentang jurusan itu, nebak aja si" meski jawabannya itu sedikit melenceng dari apa yang dipikirkannya barusan ia kini terlihat semangat lagi.

"Emang gitu. Gak meyakinkan tuh.!   Apaaaa ada niat terselubung nihh yaaa kan haha"fey menjaili inaya yang langsung dapat pelototan mata.
"Yey biasa aja kali Rein matanya" lanjut fey.

"Wahh jangan bilang ni anak bisa baca pikiran orang" dalam hati inaya merasa waswas.
" apasi, B aja nih akunya, lagiankan akutu mulai tertarik ketika aku baca puisi punya kakak aku, isinya tu aneh bgt dah menurutku, masa iya benda dan segala macem aja dia jadikan kiasan, entah emang ada aku gak tau makanya mau masuk jurusan itu, tapi dari kumpulan puisi-puisinya aku dapat rejeki nomplok loh" alis inaya turun naik menceritakan itu dengan antusias yang menggebu.

"Haah, koq bisa.. " fey tidak memahami maksud dari perkataan inaya yang masih ambigo.

"Ya bisa lah, waktu aku SMP, temen-temen pada lagi cinta monyet disitulah peluangku, meski bukan anak ekonomi tapi aku sudah mampu mengendalikan pasar" sahut inaya dengan berbelit membuat fey berpikir tentang kata-katanya.

"Lhaaah jd puisi itu kamu jual gitu.? " tebak fey.

"Yup, tul.. Para bucin itu tanpa pikir panjang beli puisi aku, kadang ya ada yang mesan juga, sakit semua mereka itu" inaya tertawa sambil bergidik geli mengingat hal konyol dulu.

"Trus kakak kamu mau-mau aja gitu buatin puisi"

"Ya enggk lah, dia aja gak tau puisinya aku jual, orang akunya sembunyi-sembunyi ngambil buku diarynya. Dia itu pemalu akut, mana pernah mau cerita soal perasaan ke orang lain, dari dulu dia curahkan dibuku diarynya dan semuanya jadi bait-bait aneh yang gak aku pahami" tawa inaya berbarengan dengan fey, padahal ceritanya itu tdk terlalu lucu tapi fey ikut tertawa karena wajah konyol inaya saat bicara membuat fey menepuk-nepuk bahu inaya saking gelinya.

"Eh dari tadi belum pesen loh, yuk ah makan dulu" kata fey kemudian.

▫▫▫▫▫▫▫▫

Setelah selesai makan mereka berpisah karena kembaran fey datang menjemput, inaya merasa sepi lagi ketika sendiri ditemani motor matic kesayangannya menyusuri jalan.

Terlintas dipikirannya tentang kejadian barusan dikantin.

" fey, udahan makannya" suara seseorang yang tiba-tiba berdiri ditengah-tengah fey inaya dan mengagetkan kedua gadis tersebut hingga dompet yang ditangan inaya terjatuh kelantai .

"Udah, ini lagi mau bayar" jawab fey.

Inaya baru saja ingin memungut dompet nya namun tersadar kala ia melihat kembaran fey memandangi foto yang ada didompetnya yang terbuka, dengan gesit inaya langsung mengambil dompetnya.
Inaya melirik alfin yang tengah tersenyum samar pandangannya masih terpaku pada lantai persis dompetnya terjatuh tadi.

"ih, pasti dia liat foto itu" omelan inaya dalam hati.

"Hiiihh, sebel" gumam inaya yang samar oleh suara kendaraan lain.
Kebiasaan Inaya dari dulu yaitu *melamun ketika mengendara motor*, baginya mata saja yang fokus kedepan itu sudah cukup aman bagi dirinya diperjalanan tidaklah mengapa jika pikirannya melayang kesegala penjuru. Kebiasaan buruk itu belum bisa ia buang, karena inaya lebih sering kemanapun hanya sendiri.

Dan kini inaya sudah sampai digarasi kakek barulah konsentrasinya terkumpul utuh.

"Haaaloo komandan" mata inaya berbinar dan setengah berteriak menyapa sang kakek ketika melihat pahlawannya itu duduk dikursi kesayangan beliau diruang keluarga .

"Kau siapa? " tanya lansia itu menatap bingung pada inaya yang kini mulutnya terkantup rapat sambil menyerngitkan dahi.

"Kakek... Ini aya cucu kakek" inaya seakan tidak percaya dengan apa yang didengar dan apa yang dipikirkannya saat ini.. Kakeknya itu hanya terpeleset dikamar mandi kan masa iya amnesia, tapi apakah karena faktor usia yang membuatnya seperti ini, terlintas kemungkinan-kemungkinan diotak inaya saat ini. Dari kecil kakeknya itu selalu memanggil reinaya dengan sebutan aya. Reinaya yakin, kalau hanya faktor usia pasti kakeknya ingat betul dengannya karena inaya sangat dekat dengan sang kakek bahkan dibanding dengan kakak kandungnya juga sepupunya yang lain, inayalah yang paling dekat dengannya.
Tubuh inaya mematung dan mulutnya tertutup rapat matanya menerawang sang kakek.

☣☣☣☣

Whuhuhu.. Dapet lagi doong ide.. Mengalir lagi dong kaya pelangi..
Berimajinasi lagi dong kaya spongeboob. 🙌imajinasi 🌈
Semoga tidahh bos han ya pembaca 💋....
Menulis itu tidah mudah ternyatah😪😪

Lanjuttt..... 💃

Dia FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang