Dia Fatamorgana ( 7 )

2 1 0
                                    

Harta bisa dicari, sedangkan nyawa..?
Takkan bisa tuk dibeli.
Hargai...
Syukuri....
Atas Nafas yang masih bisa berhembus setiap hari.
.
(Reinaya__Alida)

  Selepas arham pulang, ia marah pada inaya, namun tetap saja ia tak akan memusuhi inaya, karena bagi arham gadis itu sudah seperti adiknya sendiri yg wajib iya jaga dan sayangi. Arham lantas tersenyum ketika ingatannya dibawa pada 10 tahun yg lalu, ia ingat betul kejadian itu, inaya kecil yg tomboy, rambut pendek, badan dekil dan jarang mandi.. Tidak jauh beda dari arham.

Halaman rumah arham yg luas dan ada beberapa pohon mangga yg menjulang tinggi bagi ukuran anak kecil, disana sangat sejuk karena sinar matahari akan terhalang oleh rimbunnya daun mangga.. Disanalah arham kecil dan inaya kecil bermain, sengaja dibuatkan rumah pohon kecil dibawah pohon mangga oleh kakek wawan yg notabennya adalah kakek inaya.  Inaya cucu tersayang kakek wawan, apapun yg inaya minta akan dituruti beliau.

Sampai sekarang rumah pohon itu masih berdiri kokoh meski kayunya ada beberapa yg lapuk namun masih bisa digunakan oleh dion cs. Terkadang arham pun masih sering mendatangi tempat itu dikala ia merindukan inaya.

"Ham ham main sepeda yuk" ajak inaya kecil yg sangat suka dibonceng oleh arham.

"Males, kata bunda kalo sepedaan panas panas gini bisa bikin sakit kepala dan bisa sakit juga"

"Tapi aku bosan disini, yaudah aku minjam sepeda kamu aja ya" keukeuh inaya.

"Gak boleh naya, nanti aku dimarahin sama bunda"

"Yaudah, aku gak mau temenan sama kamu lagi"

"Yaudah iya iya kalau kamu maksa,mau kemana emang? " arham hanya bisa pasrah karena inaya kalau ngambek tahan berhari-hari.

"Gajadi, nanti kamu dimarahin bunda kamu lagi" inaya mencoba melupakan keegoisannya karena perkataan arham diakuinya benar.  Inaya kecil banyak dididik oleh nenek agar bisa bersikap baik pada orang lain dan mau menerima pendapat orang lain.

Arham merebahkan badannya diistana kecil mereka, dan inaya sibuk menggambar dipapan tulis kecil yang sengaja dibelikan oleh bunda Arham untuk diletakkan dalam rumah pohon itu. Inaya yang sangat suka menggambar dan melukis dapat tersalurkan pada triplek kecil itu. Papan tulis dari triplek dan kapur untuk alat menulisnya membuat inaya sangat senang karena adanya itu hobinya dapat ia salurkan.

"Cita-cita kamu kalau udah besar mau jadi apa nay.? "

"Aku mau jadi anak kecil dan gak mau jadi besar"

"Emang bisa ya..? "

"Enggak tau, kalau kamu ham mau jadi apa..? "

"Aku mau jadi superhero dan power ranger"

"Kenapa gitu.. ? Biar bisa masuk tipi ya ham" kedua anak itu tertawa bersamaan dengan sangat riang.

"Ya enggak lah, aku mau jadi pahlawan yang bisa lindungin bunda dan juga jagain kamu nay"

"Iya ya kamu belum besar aja pernah lindungin aku pas lagi diejek anak nakal itu huh"

Dia FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang