Dia Fatamorgana ( 3 )

7 2 0
                                    

Kesedihan tidak serta merta berlarut larut..
Adakalanya kesedihan berbarengan dengan kebahagiaan yang tak terduga..
Nikmati keseharianmu dan aktifitasmu selalu.
(Reinaya__Alida)


"Rein... " seorang memanggil inaya namun bukan seperti panggilan orang terdekatnya.

"Eh hi fey.. "

"Hii.... Kenapa tadi keliatan panik banget"

"Tadi, pas mau balik baru inget belum bayar dikantin" kekeh inaya.

"Astaga, kirain kenapa, yaudah aku mo balik juga, bye rein... " fey yang dibonceng alfian perlahan menjauh.

"Iya fey tiati ya.. " sahut inaya.

Inaya melajukan motornya dengan tergesa-gesa.

"Oh my... " reinaya berhenti mendadak.

"Eh.... " ibu didepan inaya ikut kaget. Dan terlihat kesal dan marah.

"Maaf bu, kirain ibu mau kearah kiri habisnya lampu sen ibu kekiri eh ibunya ke kanan.! " sahut inaya yang agak kesal dan pengen teriak namun sebisa mungkin terlihat ramah.

"Ah iya, ibu tadi bimbang pengen kemana.. Maaf ya dek" ibu itu terlihat pucat. Dan terlihat menyesal.

"Iya bu gapapa, silakan ibu duluan.. " reinaya mengontrol emosinya dan mempersilakan ibu itu berjalan duluan baru ia yang pergi melanjutkan perjalanannya.

"Ngeselin...sial... Sial.. Sial..." Teriak reinaya dalam hati, iya ngedumel enggak helas mengenai kejadian-kejadian hari ini, yang dikiranya akan menjadi hari bahagianya.. Ternyata lain dari yang dipikirkannya sebelum ini, pagi tadi ia sungguh bersemangat, dimana ia akan memasuki masa dimana kebandelan waktu SMK akan digantinya menjadi mahasiswi teladan. Dimana tekadnya ingin berhijrah menjadi seorang mahasiswi terbaik.

Sesampainya d.RS langkahnya dibarengi lamunannya terhenti disaat sang bidadari tak bersayapnya memanggil.

"Inaya, , lupa jalan ya kamu koq lama banget nak.? " tutur sang mamah yang heran padahal harusnya dijalan memakan waktu 15 menit saja dari jarak kampus ke RS menjadi 45 menit.

"Amnesia aku tuh mah" celetuk inaya.

"Hissss, dasar" telinga inaya jadi sasaran keganasan mamanya.

"Aw Sakit mah " keluh inaya, mamahnya memang galak tapi kasih sayangnya juga meluap-luap. Inaya selalu menghormati kedua orang tuanya meskipun mereka terlihat galak tapi bagi inaya mereka sangat bijaksana, tidak heran sang kakak kini menjadi wanita yang dia kagumi karena didikan dari orang tuanya.

"Syuutt, jangan teriak, kakek lagi tidur" kata mamahnya. tanpa inaya sadari mereka sudah berada didepan pintu ruangan kakeknya dirawat.

Mata inaya berbinar ketika melihat kasur kecil didekat jendela, yang baginya bagai magnet yang sangat kuat menarik dirinya untuk berbaring disana...
Im coming batin inaya berjalan lebih cepat dan menghempaskan tubuhnya pada kasur itu. Mamanya dan Neneknya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Inaya yang tak pernah berubah. Dan sang empu sumber hanya acuh.

"Ndok, nanti pulang kerumahmu saja ya, nenek nginep disini jagain kakekmu. " kata neneknya sambil mengelus lembut rambut sang cucu.

"Barang-barang Inaya semua perlengkapan ada dikamar rumah nenek, lagian besok pagi banget berangkatnya nek kan lumayan lebih deket dari rumah nenek, kan bisa nanti ditemenin arham nek seru pasti" ungkap inaya asal-asalan.

Dia FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang