Dia Fatamorgana ( 9 )

2 1 0
                                    

.
Kebahagiaan tdk serta merta selalu dinampakkan, takutnya ada yg lg kecewa.

Dan kecewa tak selalu mesti dinampakkan takutnya mengganggu yg laagi bahagia.. Cukup diri sendiri yg merasakan tanpa orang lain mengetahuinya.
.
#Reinaya_Alida

Reinaya masih saja betah ditaman hingga terik matahari mulai menyengat. Namun berganti posisi, yang sekarang ia berada dikursi taman beserta meja yang beratapkan payung besar.
Tidak mungkin ia akan pulang dalam keadaan seburuk ini, ia tetap bertahan meski nyeri hatinya menular pada nyeri dikepala karena panasnya matahari. Kini dia lantas menumpukan kepalanya diatas kedua tangannya dan memejamkan matanya agar airmatanya dapat berhenti. Disaat seperti ini inaya lantas teringat soaok Arham.
Arham yang akan menegurnya yang membuatnya bosan mendengarnya namun tetap jadi kata-kata kesukaannya jika arham yang ngomong. "Naya, gak baik bejemur jam segini itu, mau kayak ikan kering ya kamu".

"Nay bangun nay, Pantesan dtelpon gak diangkat chat gak bibales"

"Hmmm.."
Tanpa menolehpun inaya kenal betul itu suara sahabatnya yang entah kenapa tiba-tiba saja berada didekatnya.

"Ayo pulang, panas gini mau jadi ikan kering ya"
Arham tidak menyadari suara naya yang serak karena menangis.

"Kamu aja sana pulang"

"Eh, kamu nangis nay.?
Ada apa? Ada masalah sama dini ya, atau lagi berantem?"
Rasa khawatir arham mulai terlihat, arham sangat jarang melihat inaya terlihat seperti ini, yang arham lihat hanyalah keceriaan dari gadis ini.

"Naya" arham memanggil inaya dengan suara yang nyaris tak terdengar dan menarik pelan kedua bahu inaya agar inaya dapat duduk tegap dan ia dapat melihat wajah sahabatnya itu.

"Pulang ham pulang, jangan ganggu aku" inaya tanpa sengaja membentak arham.
Namun bagi arham itu tidak akan benar-benar membuatnya menuruti perkataan inaya. Inaya mungkin akan membutuhkan bantuannya, arham kini tetap duduk dihadapan inaya namun kini ia tak akan mengeluarkan suara hingga inaya akan mengira arham benar-benar pergi,ketika disaat inaya mengangkat kepalanya barulah arham akan bersuara. Beberapa menit berlalu tiada juga tanda-tanda inaya beranjak dari posisinya dan arham masih setia diposisinya. 15 menit berlalu inaya bangun perlahan.

"Udah baikkan?" arham baru mengeluarkan suara yang membuat inaya kaget.

"Iya, kenapa masih disini ham"
Arham menduga inaya akan marah ketika melihatnya tetap berada didekat inaya, ternyata dugaannya salah. Inaya malah terlihat biasa saja, arham salut dengan sahabatnya ini yang bisa memanajemen emosi dan perasaannya. Inaya tidaklah selemah yang ia duga.

"Aku nungguin kamu" seraya menaik turunkan alisnya dan tak lupa pula senyum termanis yang arham bisa.

"Yaudah, ayo pulang"

"Yakin, mata kamu bengkak loh nay, berapa lama nangisnya hem"

"Ini kurang tidur aja ham, entar mampir dulu dikedai bang mamat sebelum pulang" arham tidak mempercayai ucapan inaya barusan, jelaslah itu gara-gara inaya menangis saking lamanya karena inaya bukan tipe orang yang suka begadang.

"Mau ngapain.? "

"Beli es batu buat ngompres ni hati"

"Mata kali nay, Yaudah aku temenin"

"Gausah ham"

"Gak denger"
Arham tidak suka bantahan dan dia juga keras kepala ya sudahlah ya namanya khawatir ini.

Dia FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang