Datang bersama adalah permulaan, menjaganya agar bersama adalah kemajuan, dan bekerja bersama adalah kesuksesan.
—Henry Ford—***
"HEY, Violet! Kenapa ngelamun gitu?" ujar Aelita menyadarkan lamunan Violet.
"E-eh, tidak apa-apa, kok."
"Lagi flashback ya?" tanya Aelita sambil mengusap rambut Violet.
Aelita adalah satu-satunya teman sekolah Violet yang mengetahui masa lalunya. Violet mempercayai Aelita untuk menjaga rahasianya itu. Meski ada sedikit keraguan di hatinya.
"Kamu dilema sama tugas dari ayahmu itu?" tanya Aelita lagi.
"Apa aku harus melakukannya?"
Aelita bangun dari posisi duduknya lalu dia pergi ke dekat jendela sambil menatap luar. "Itu sih terserah kamu, ya. Kalau menurut aku sih ya, lakuin aja. Selama 5 tahun kamu mempelajari berbagai macam senjata, masa iya kamu mau berhenti gitu aja? Sayang banget sama skill yang udah kamu pelajarin..."
"Baiklah."
Aelita tersenyum dengan jawaban Violet. Dia lalu berbalik dan menatap Violet dari dekat jendela. "By the way, kamu udah tau nama marga keluarga yang ngebunuh ibu kamu?"
"Sudah. Para kaki tangan ayahku baru saja mendapatkan informasinya."
"Terus, rencana mau nyerang kapan?"
Violet menatap Aelita ragu. "Aku rasa itu tidak bisa ku beri tahu. Maaf..."
Mendengar itu Aelita langsung mendekati Violet dan menatapnya dekat-dekat. "Kenapa aku nggak boleh tau?"
"Memangnya, kenapa kamu harus tahu?"
"Karena aku bagian penting!"
"Pen.. ting..?"
Aelita menjadi salah tingkah, "M-maksudnya. Duh. Gini-gini, aku kan teman dekat kamu, nih, masa iya aku nggak boleh tau?"
Violet menatap Aelita curiga, "Kamu aneh, Aelita. Aku kan belum kasih tahu nama marga keluarga yang ngebunuh ibuku. Tapi kamu sudah menanyakan kapan aku menyerangnya. Seakan-akan kamu sudah tahu siapa keluarga itu."
"Bukan gitu maksudnya.."
"Dan juga biasanya orang normal yang tidak tahu apa-apa ketika bertanya 'Apa kamu tahu nama dia?', lalu dijawab 'Tahu'. Maka orang normal itu akan bertanya lagi dengan kata 'Siapa?', tapi kamu malah nanya 'Kapan?', seakan-akan kamu sudah tahu namanya."
"B-bukan..." Aelita menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengubah raut muka paniknya menjadi cemberut. "Jadi kamu curiga sama aku, nih?" tanya Aelita sambil melipat tangannya di dada.
"Eh, b-bukan gitu, Aelita.."
"Yaudah deh kalau kamu curiga sama aku, aku bakalan pergi, nih!"
Keadaan seakan-akan dibalik oleh Aelita dengan mudah. Yang tadinya dia yang panik, sekarang jadi Violet yang panik.
Violet menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan, kemudian dia berucap, "Nanti jika ayahku sudah memberikan izin, aku akan memberitahumu."
"Beneran?"
"Jika ayah beri izin. Jika tidak, kamu cari tahu saja sendiri."
"Oke!"
-;-
Setelah pulang sekolah, Violet segera menemui Miguel di ruang senjata untuk meminta izin. Saat itu Miguel sedang mengasah samurainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET: The Killer Girl
Random[HIATUS] Mengisahkan tentang Violet si gadis SMA yang ingin membalaskan dendam ibunya. Dalam perjalanan itu, dia menargetkan seorang lelaki bernama Daniel sebagai seseorang yang akan dia bunuh(target korban). Namun seiring berjalannya waktu muncula...