Seorang pembunuh dianggap oleh dunia sebagai sesuatu yang mengerikan, tetapi bagi seorang pembunuh itu sendiri hanyalah manusia biasa. Hanya jika si pembunuh adalah orang baik maka dia bisa dianggap mengerikan.
—Graham Greene—***
"KARIN, kalau Violet dateng, suruh dia duduk di bangku paling belakang," perintah Daniel pada Karin.
"Kamu ngajak si kaku itu!?"
"Ya, emang kenapa?"
"Ish, dia itu nggak guna! Kita tuh butuh supporter, kalau dia dateng yang ada dia cuma duduk diam kayak gini," ujar Karin sambil mencontohkan ekspresi wajah Violet yang datar.
Daniel mengusap wajah Karin sambil tertawa. "Tambah jelek kamu kalau kayak gitu," kekeh Daniel.
"Biarin. Kalau aku jelek berarti kamu juga jelek, kita kan—"
"Emm, permisi..." Tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri mereka.
Orang itu memakai baju cheerleader. Rambut coklatnya yang pendek dia kuncir satu ke samping sehingga membuatnya tampak lebih imut. Poninya yang aslinya lurus juga dia kesampingkan, lalu dijepit dengan jepitan bunga.
"V-violet? Sejak kapan kamu ada di situ?" tanya Daniel kaget. Dia bukan kaget karena tiba-tiba ada Violet di sana, tapi dia kaget karena tampilan Violet hari ini. Gadis itu tampak berbeda.
"Emm..."
"Oy, kaku! Kamu tuh ya kalau ngomong pelan banget udah kayak suara semut, nggak kedengeran! Gimana mau jadi supporter nanti yang teriak-teriak, dan owh... DANIEL KAMU NGASIH DIA SERAGAM CHEERLEADER!?"
"Emangnya kenapa?" tanya Daniel tak merasa bersalah.
"Daniel oh Daniel, dia belum hafal gerakannya gimana mau jadi cheerleader!? Ingin ku sentil ginjalmu, Daniel!" omel Karin sambil memegang pinggangnya.
"Dia nggak jadi cheerleader. Tapi dia bakal duduk di bangku penonton paling depan dan ngasih aku semangat.” Daniel sambil tersenyum lembut pada Violet.
"Huft... Terserah kamu, deh. Seragam cheerleader itu khusus buat cheerleader. Kalau dia jadi supporter ataupun penonton ya pake baju bebas aja."
"Tapi dia itu—"
"Udahlah, malas aku debat sama kamu! Bikin pusing tau gak," ujar Karin mengalah sambil memegang kepalanya yang pusing akibat debat dengan Daniel.
"Karin..." panggil Violet pelan.
"Kenapa, kaku!?" jawab Karin sensi. Daniel langsung menyenggolnya.
"Aku membawa pakaian ganti. Kalau kamu mau, aku bisa mengganti seragam cheerleader ini."
"Hm, baguslah kalau kamu tau diri!" Karin berjalan mendekati Violet. "Tapi maaf, aku nggak butuh seragam cheerleader yang bekas dipake sama orang menjijikan kayak kamu!"
"KARIN!" bentak Daniel.
Karin berbalik menatap Daniel, "Daniel... Daniel, kamu bentak aku cuma gara-gara si kaku ini, hm? Kamu udah berubah!” Karin lalu pergi sambil menangis.
Violet mencoba mengejarnya namun Daniel menahannya. "Nggak usah dikejar... Karin emang kayak gitu. Kalau dikejar nanti dia malah makin manja."
Violet menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Maaf... Karena aku, kalian.."
"Udah. Nggak usah dibahas. Ayo ke bis, yang lain udah pada nungguin kita," ujar Daniel lalu dia menggandeng tangan Violet dan berjalan menuju bis.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET: The Killer Girl
De Todo[HIATUS] Mengisahkan tentang Violet si gadis SMA yang ingin membalaskan dendam ibunya. Dalam perjalanan itu, dia menargetkan seorang lelaki bernama Daniel sebagai seseorang yang akan dia bunuh(target korban). Namun seiring berjalannya waktu muncula...