Ketakutan terbesarku adalah ketika orang yang ku cintai sepenuh hati justru malah menghilang dan membenci ku sepenuh diri.
—Violet—***
KEGIATAN mereka berdua tak berhenti sampai wahana bianglala saja. Mereka masih terus berjalan menyusuri Dufan, namun kali ini mereka berdua menjadi sedikit canggung. Jarak jalan antara mereka berdua juga lumayan jauh. Daniel yang tadinya selalu bertingkah aneh menjadi diam saja sambil mencuri-curi pandang kepada Violet. Sedangkan Violet menatap sekeliling, cuek. Violet itu tipe orang yang kalau nggak disapa duluan dia nggak bakalan nyapa.
“Daniel!” Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil Daniel. Orang itu berlari menghampirinya. Perempuan.
“Siapa ya?” tanya Daniel bingung saat orang itu sudah sampai di depannya.
“Loh, ini aku Lia! Masa nggak inget, sih?”
“Lia!?” Daniel menatap perempuan yang bernama Lia itu dengan ekspresi kaget. “K-kamu beneran Lia?”
Lia mengangguk. “Iya, lah! Emang siapa lagi?”
Daniel mengusap matanya. “Ini udah hampir 5 tahun loh kita nggak ketemu. Kamu kemana aja, Li? Kenapa pergi nggak bilang-bilang dulu ke aku, atau ke Karin gitu. Tau nggak, kita tuh nyariin kamu sampe sakit. Tega banget!”
“Maaf ya kalo bikin kalian panik. Aku waktu itu pergi buat ngejalanin operasi kaki di Singapura. Pas selesai operasi dokternya bilang kalau aku nggak boleh pergi jauh dulu, jadi aku stay di Singapura selama beberapa bulan. Tapi nggak taunya papah aku udah daftarin sekolah di sana. Mau ngebantah kan sayang duitnya udah dikasih ke kepala sekolahnya. Sampe akhirnya aku lupa sama kalian berdua, hehe,” kekeh Lia di akhir kalimatnya.
“Oh, kamu operasi. Pantesan setau aku Lia yang aku kenal dulu itu pake kursi roda. Sekarang udah bisa lari, nih?”
Memang benar dulu Daniel, Karin, dan Lia bersahabat. Mereka selalu bermain bersama kapanpun di manapun. Lia yang selalu duduk di kursi roda membuat dia mendapat banyak bullyan dari orang sekitarnya. Hal itu membuat Daniel dan Karin merasa kasihan. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berkenalan dengan Lia dan menjalin persahabatan yang dekat, hingga akhirnya Daniel dan Karin mendapatkan kabar bahwa Lia telah pindah dari sekolahnya, tanpa jejak.
“Ya lumayan, lah.” Lia menjeda ucapannya. “Bye the way, Karin kemana, Dan?”
Pertanyaan itu tak dijawab oleh Daniel.
“Dan? Jangan bilang...”
“Karin udah meninggal,” potong Daniel.
Lia langsung kaget mendengarnya. “Kenapa, Dan!? Nggak mungkin, kan dia sakit? Karin itu semangat banget orangnya!”
“Aku juga nggak tau. Tapi satpam sekolah lain nemuin mayat Karin yang udah nggak ada kepalanya.”
Lia dibuat kaget untuk yang kedua kalinya. “Ya Tuhan...” ucapnya.
“Aku yakin Karin dibunuh sama siswa di sana. Karena kalau rampok kan nggak mungkin. Soalnya perhiasan Karin nggak ada yang hilang.”
Lia mengepalkan kedua tangannya. “Bener-bener kejam orang yang udah bunuh Karin! Nggak punya hati! Kalau aja aku tau siapa orang itu, aku bakalan benci dia seumur hidupnya!” ujarnya dengan penuh kekesalan.
Karin adalah orang yang sangat berarti bagi Lia. Ada suatu kejadian yang membuat Lia sangat menyayangi Karin. Waktu itu, saat Lia sedang berjalan ke kantin, sekelompok anak gadis mendorong kursi rodanya hingga membuatnya jatuh. Karin datang dan langsung membantu Lia untuk duduk kembali ke kursi rodanya. Lama sekali Karin beradu mulut dengan sekelompok anak gadis itu. Lia sudah berusaha untuk menenangkan Karin dan menyudahi semua masalah ini, tapi Karin masih tidak terima. Dia tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/190135378-288-k972995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET: The Killer Girl
Random[HIATUS] Mengisahkan tentang Violet si gadis SMA yang ingin membalaskan dendam ibunya. Dalam perjalanan itu, dia menargetkan seorang lelaki bernama Daniel sebagai seseorang yang akan dia bunuh(target korban). Namun seiring berjalannya waktu muncula...