Dalam hidup, kalian sering sekali merasa bimbang untuk menentukan pilihan. Hidup itu seiring antara hitam dan putih, benar dan salah, baik ataupun buruk. Hal ini membuat kalian sering terjebak dalam dilema. Kalian pasti nggak mau berada dalam area abu-abu. Tapi untuk menentukan berada di sisi kopi atau susu, kalian butuh waktu yang sangat lama untuk berfikir.
—Dini Novita Sari—***
“A-aku?" tanya Violet gugup.
"Iya. Pas aku liat tempat duduk kamu, kenapa kamu nggak ada di sana?"
"Aku.... Emmmm... Aku...." Violet menggigit bibirnya karena gugup. Roknya pendeknya dia cengkram guna untuk mengalirkan rasa gemetarnya.
Kringggg~
Bel masuk berbunyi.
"Ah, sudah selesai jam istirahatnya. Aku ingin kembali ke kelas." Baru saja Violet bangun dari posisi duduknya, Daniel langsung sigap menahannya.
"Temenin aku di sini. Please... Aku butuh seseorang..." ujar Daniel memohon.
"Tapi, istirahat sudah selesai. Kita harus segera kembali ke kelas."
"Kita bolos beberapa pelajaran. Kali ini aja. Ya?"
Violet berfikir sebentar, "Hmmm, baiklah," ujarnya mengiyakan. Violet segera duduk kembali di samping Daniel.
"Makasih ya!"
Violet mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati dia berharap semoga Daniel melupakan pertanyaannya yang tadi.
"Oh, iya, aku minta nomor HP kamu dong. Biar gampang kalo aku mau nyari kamu," ujar Daniel sambil mengeluarkan HP dari saku celananya.
Sebenarnya di sekolah ini siswa/i dilarang membawa HP saat jam pelajaran. Jadi, ketika bel sekolah belum berbunyi, siswa/i yang membawa HP diharapkan mengumpulkan HPnya di dalam box yang sudah disediakan. Nanti box tersebut akan ditaruh ketua kelas di ruang guru, dan akan diambil kembali saat pulang nanti.
Namun, Daniel tidak mengumpulkan HPnya. Semua itu karena pengaruh teman-temannya yang rata-rata adalah bad boy. Mereka tidak pernah mengumpulkan HPnya. Disaat razia sedang berlangsung, mereka selalu menaruh HPnya ke tempat yang tidak akan diperiksa guru.
Apalagi kalau bukan 'sempak'. Guru akan angkat tangan jika memeriksa bagian yang dekat dengan 'belalai' dan 'dua bapau' di belakangnya. Jika guru menyentuhnya, para bad boy itu akan mendesah dan berteriak 'Aku sudah bukan perawan, om, mppshh ahh!'.
Menyebalkan, bukan?
Tapi untungnya Daniel tidak pernah melakukan hal konyol seperti itu. Ketika razia sedang berlangsung, dia akan menaruh HPnya di dalam sepatu, lalu sepatu itu dia pakai kembali. Kalau tidak rusak, ya syukurlah. Kalau rusak, tinggal beli lagi. Toh dia tinggal minta sama bapake Karin.
"Aku tidak punya barang seperti itu."
"Hah!?" tanya Daniel kaget. "Di jaman modern gini, kamu seriusan nggak punya HP?"
Violet mengangguk, dengan ekspresi yang sedikit bingung.
"Kamu bisa bertahan hidup tanpa HP?"
Violet tertawa. "Jangan konyol! Kalau aku tidak bisa bertahan hidup, lalu siapa yang berbicara denganmu sekarang, hm?"
Daniel mengusap tengkuknya sambil terkekeh. "Ya, kali aja gitu... Tapi seriusan kamu nggak punya HP?"
Violet mengangguk lagi.
Tiba-tiba saja Daniel menyerahkan HPnya ke Violet. "Buat kamu."
"Aku? Untuk apa?" tanya Violet sambil menunjuk dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/190135378-288-k972995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET: The Killer Girl
Acak[HIATUS] Mengisahkan tentang Violet si gadis SMA yang ingin membalaskan dendam ibunya. Dalam perjalanan itu, dia menargetkan seorang lelaki bernama Daniel sebagai seseorang yang akan dia bunuh(target korban). Namun seiring berjalannya waktu muncula...