3RD: The First Meeting

57 12 0
                                    

Semenjak pertama kali kita berjumpa, kau mulai tinggal di dalam benak dan pikiranku, serta telah menguasai hatiku yang sangat rindu ingin berjumpa lagi dengan dirimu.
—Daniel—

***

KEESOKAN harinya, di kelas, Aelita langsung menagih janji yang Violet kasih ketika Violet baru saja duduk di bangkunya. Ngomong-ngomong, mereka adalah chairmate atau teman sebangku.

"Gimana-gimana? Ayah kamu kasih izin?" tanya Aelita antusias.

Violet menggeleng.

"Yaaah! Yaudah, deh." Aelita menunduk kecewa.

"Ehm, Aelita. Apa kamu tahu sesuatu soal ini?" tanya Violet sambil menunjukkan sesuatu.

"Apa itu? Kayaknya aku nggak pernah lihat."

"Ini perekam suara."

"Sekecil itu?"

Violet mengangguk.

"Nggak pake kabel?"

Violet menggeleng. "Kata ayahku, alat semacam ini hanya dimiliki oleh keluarga ninja. Alat ini dibuat khusus untuk memata-matai lawan. Tidak diperjual belikan."

Aelita mengangguk mengerti. "Terus, kenapa kamu nanya itu ke aku?"

"Aku kira kamu tahu sesuatu, tapi ternyata tidak. Lupakan."

Aelita tersenyum.

-;-

Jam istirahat tiba. Violet segera membereskan bukunya dan pergi ke lapangan belakang.

"Violet, nggak ke kantin?" tanya Aelita.

Violet menggeleng dan segera pergi. Saat dia sudah tiba di lapangan belakang, Violet duduk di salah satu bangku yang memang sudah disediakan di pinggir lapangan. Dia mengamati seorang lelaki yang sedang bermain basket dengan teman-temannya. Wajah tampan lelaki itu dibahasi keringat segar yang membuatnya terlihat menawan. Ketika dia berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket, teriakan para siswi yang sedang menonton berbunyi keras menghiasi seluruh lapangan sambil menyebut namanya.

"Danieel!!!! I love y—AAAAAAAAAA!!!" teriakan para siswi itu semakin histeris ketika Daniel mengusap tengkuknya, yang membuat ketiaknya terekspos bebas menusuk mata para siswi pemburu cogan. Kata-kata lain muncul disela-sela teriakan itu. Seperti 'Mataku ternodai' atau 'Mataku sudah tidak suci'. Hanya Violet yang tidak teriak histeris. Dia langsung menutup matanya ketika melihat kejadian itu.

Violet tidak ingin terpikat oleh pesona Daniel.

Ketika sudah selesai bermain basket, para siswi yang tadi teriak histeris langsung menghampiri Daniel. Mereka berbondong-bondong memberikannya minuman dingin dan berebutan untuk mengelapi keringatnya. Berbeda dengan Violet, dia langsung berbalik dan berjalan ke arah pintu luar lapangan. Tetapi ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba saja ada siswi lain yang menarik lengannya.

"Tunggu! Dari tadi aku perhatiin kok kamu nggak kasih Daniel dukungan, ya?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di dada. Di samping kanan kirinya terdapat siswi lain yang sepertinya itu adalah teman segenknya.

"Maaf, aku tidak tertarik," jawab Violet, lalu dia berbalik ingin pergi ke arah pintu keluar namun siswi itu menarik lengannya lagi.

"Jangan pergi dulu!" larangnya dengan nada yang sudah tidak bersahabat. "Kamu berani ya nggak ngedukung Daniel kita!?" Siswi itu mengencangkan pegangan tangannya pada lengan Violet.

VIOLET: The Killer GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang