Friksi

11 1 0
                                    

Kepada nurani yang selalu di kesampingkan.

Kepada nurani yang selalu ditekan.

Kepada nurani yang selalu punggungi.

Kepada nurani yang selalu disambillalukan.

Pun juga nurani yang selalu memberontak menggaung ingin mendominasi.

Selamat, kini kau mengalahkan logika dan pikiran.

Hingga detik ini juga kau berhasil meloloskan beberapa tetes cairan bening.

Entah karena haru.

Atau meluapkan seluruh kesakitan setelah sekian lamanya terkungkung.

Meledakkan kesakitan yang selama ini terpendam dalam jiwa yang kaku.

Jiwa yang selalu memandang remeh setiap rasa sakit.

Jiwa kejam yang setelah sekian lama kehilangan rasa.

Jiwa yang lebih meluapkan rasa sakitnya dengan diam dan datar lalu dengan sangat cepat melupakannya.

Keberhasilanmu mengubahnya seratus delapan puluh derajat.

Air mata itu berhasil meloloskan diri dari genangannya.

Matanya kembali bening.

Pikirannya lebih sensitif.

Hatinya kembali terbuka.

Sementara, logika terus memohon dalam kekalahannya.

Untuk sedikit mengambil alih jiwa itu.

Agar rasa sensitif tidak mendominasi kesedihan dalam jiwanya.

Agar kesedihan itu menjadi bagian dari kebahagiaannya.

Kebahagiaan yang menjadi pengingat.

Bahwa kesedihan penderitaan akan membuat hati menjadi lebih hidup.

Juga tidak ada rasa paling menderita.

@Penahisa

PENA HISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang