DiamNya
Dia memperhatikan.Tidak lengah sedikitpun.
Saat hambaNya meraung di tengah kesendirian, Dia ada.
Tak membiarkan seorang pun mengganggu.
Memberikan ketenangan dengan membiarkannya menangis sejadi-jadi.
Sebenarnya Dia mendekap dengan berbisik 'tenanglah hambaKu, Aku ada bersamamu, kamu tidak sendirian'.
DiamNya
Dia melihat.Hambanya tengah lengah dalam euforia kebahagiaan.
Ucapan syukurnya hanya basa-basi.
Mereka larut dan lupa keberadaanNya.
Tenggelam
Melaksanakan perintah hanya untuk menggugurkan kewajiban
Adapun yang menunda-nunda
Asal melakukan walaupun di penghujung, pikirnya.
DiamNya
Dia timpakan lagi jurang terjal penuh kerikil dan pecahan beling.Kembali,
hambaNya itu tersentak.
Terpuruk
Mengaduh,
Dia merentangkan kembali tanganNya.
Merangkul dan sembari berbisik 'Berjalanlah kepadaKu, maka Aku akan berlari menyambutmu'.
Namun..
Mereka hanya sekadar memperoleh ketenangan
Tanpa mencoba mengerti teguranNya yang begitu halus.
Lagi.Dia menunggu.
HambaNya lengah,
Di tengah kesemrawutan jalan hidup.
Mengeluh.
Semakin jauh.
Menyalahkan Sang Penyusun skenario kehidupan.
Hancur.
Hanya itu yang ada di benak hambaNya.
Tanpa menyadari,
Dia ingin hambaNya itu mengadu, bersujud, melimpahkan seluruh kesedihan hanya kepadaNya.
Hingga Dia menjungkirbalikkan kehidupannya seratus delapan puluh derajat.
Mengganti kesedihan dengan kebahagiaan.
Mengganti tangisan dengan tawa.
Harapan itu, seharusnya tumbuh dalam benak seorang hamba hanya kepada Rabbnya.
