17. Be Warned

157 21 54
                                    

Mother in law: Baekhee, bukankah hari ini jadwalnya untuk memeriksakan kandunganmu, Nak? Mau Ibu antar tidak?

Baekhee: Tidak usah, Bu. Terima kasih. Aku ingin ayahnya yang mengantar. Aku masih sebal karena bulan kemarin ia sibuk hingga tak bisa mengantarku. Aku ingin tahu apakah ia akan beralasan sibuk lagi bulan ini.

Mother in law: Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan. Tolong beri tahu ibu bagaimana hasilnya nanti.

Baekhee: Pasti Ibu

Baekhee tersenyum setelah berbalas pesan dengan sang ibu mertua. Wanita itu sangat perhatian dan sigap tentang kondisinya. Ia merasa beruntung memiliki ibu kedua seperti Nyonya Yoo itu. Terkadang beliau juga lebih membelanya daripada Kihyun.

Kini tungkainya melangkah memasuki gedung kantor Kihyun. Ia sempat merutuki kebodohannya yang tak memberi tahu Kihyun tentang jadwal periksanya hari ini. Semoga saja pria itu mau meluangkan waktu.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Baekhee agak malu dan risih ketika ia lewat dan berpapasan dengan orang-orang di sana. Ia merasa mereka menatapnya aneh. Tubuhnya yang sekarang memang lebih gemuk dan pipinya juga berisi. Usia kehamilannya yang menginjak tiga bulan itu juga sudah menonjol seperti usia lima bulan.

Tok tok

“Sayang! Ini aku!”

“Oh, masuklah!”

Baekhee pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan sang presdir Yoo Corp. Menghampiri Kihyun yang masih berkutat dengan laptop di mejanya. Sebuah kaca mata bertengger manis di hidung tinggi pria itu.

“Hei, kenapa kau datang sendirian, Sayang? Kau tidak ingat aku melarangmu keluar rumah sendiri? Aku khawatir,” sapa Kihyun sembari bangkit, menyambut wanita itu ke dalam dekapannya.

“Maaf. Lain kali tidak begini lagi. Sayang, hari ini aku ada jadwal periksa. Aku ingin kau yang temani. Bisakah? Kau tidak sedang sibuk lagi kan?” pinta Baekhee manja. Ia membuat raut semelas mungkin agar Kihyun mau menurutinya.

“Umm, hari ini ya? Bagaimana, ya? Masalahnya setengah jam lagi ada pertemuan dengan kolega dari Busan. Setelah itu aku juga harus menghadiri acara—”

“Jadi kau menolakku, lagi?” potong Baekhee datar. Tentu saja air muka wanita itu berubah, tak secerah tadi.

“Maafkan aku, Sayang. Aku benar-benar menyesal. Aku janji, bulan berikutnya pasti aku akan selalu menemanimu. Lain kali kau juga harus memberitahuku lebih awal agar aku bisa mengosongkan agenda. Jangan mendadak begini!” ujar Kihyun dengan tidak enak hati. Kedua tangannya menggenggam tangan Baekhee penuh sesal.

“Kenapa semua itu harus hari ini? Kenapa tidak kemarin, besok atau lusa. Kenapa harus saat aku membutuhkanmu?”

“Kumohon, Baek! Tolong mengerti aku sekaliiii... lagi.”

“Lalu kapan kau akan mengerti perasaanku, keadaanku? Apakah pekerjaanmu lebih penting dari anakmu dan aku?”

Kihyun kian kebas mendengar suara Baekhee yang bergetar. Mata wanita itu berselimut kaca yang kemudian runtuh beberapa detik berikutnya.

“Bukan begitu, Baek—”

“Ah, lanjutkan saja pekerjaanmu! Lagi pula kau bekerja untuk masa depan anak kita, bukan?” pungkas Baekhee sembari melepaskan tangannya. Segera menyeka air mata yang sudah mengaliri pipinya dengan tergesa. Senyuman miris penuh kekecewaan tampak jelas di sana.

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang