18. Changkyun's Tears

203 28 94
                                    

Pagi ini, Baekhee terduduk santai memandangi taman bunga di halaman rumahnya. Di usia kehamilannya yang menginjak enam bulan itu ia tak lagi kesepian di rumah. Seorang tukang kebun dan seorang asisten rumah tangga telah Kihyun pekerjakan sejak tiga bulan yang lalu.

“Nyonya! Anda butuh camilan?”

“Boleh. Tolong ambilkan ya, Bi!” pinta Baekhee sembari mengelus perutnya. Wanita paruh baya itu pun segera undur diri melaksanakan tugas.

Setelah beberapa saat, Baekhee kira bibi itu datang mengantarkan pesanan. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat ternyata ibu dan adik kandungnyalah yang datang. Ia hampir saja berlari kalau saja tidak ingat bahwa perutnya sudah terasa sangat berat.

“Ibu! Chanwoo! Kenapa kalian tidak memberitahuku kalau kalian akan datang?” seru Baekhee dengan perasaan kelewat girang. Dua sosok itu kemudian memeluknya bergantian.

“Kakak! Aku senang melihat kakak yang sekarang. Kakak sehat, ‘kan?” kata Chanwoo yang baru saja melepas pelukannya.

“Aku sehat, Chanwoo. Lihatlah! Tubuhku sudah semelar ini. Berat badanku naik tujuh belak kilo. Agak mengerikan sebenarnya.”

“Tidak apa-apa. Itu wajar untuk ukuran wanita yang mengandung bayi kembar. Iya kan, Bu?” lempar Chanwoo pada Nyonya Jung. Wanita enam puluh tahun itu tersenyum dan mengangguk.

Ketiganya memutuskan berpindah tempat ke ruang keluarga. Nyonya Jung membantu Bibi Jang menyajikan minuman dan camilan di  atas meja.

“Sayang! Mulai sekarang ini Ibu akan datang setiap hari untuk menemanimu hingga petang. Jika Kihyun sudah pulang, maka Ibu akan pulang ke rumah. Ibu sudah mendapat izin dari ayahmu,” jelas Nyonya Jung sembari menyelipkan anak rambut putrinya ke belakang telinga.

“Tidak usah, Bu. Aku baik-baik saja. Ada Paman dan Bibi Jang yang sekarang tinggal di sini. Aku tidak kesepian.”

“Tapi mereka bekerja, Sayang. Tidak bisa di sisimu setiap saat. Ibu hanya ingin waspada. Usia kandunganmu bahkan terlihat seperti sudah delapan bulan.”

“Benar, Kak. Aku sudah lulus dan sebentar lagi akan bekerja pada ayah. Jadi Ibu bebas bersamamu,” Chanwoo menambahkan.

Akhirnya Baekhee mengangguk setuju. Ia sangat senang karena baik keluarganya sendiri maupun keluarga Kihyun, keduanya begitu protektif dan pengertian.

“Ugh! Anakku bergerak sangat aktif. Sedikit membuatku sakit dan ngilu. Tapi tak apa. Aku menikmatinya.” Baekhee membenarkan posisi duduknya setelah merasakan para bayinya menendang-nendang.

“Wah! Boleh aku merabanya, Kak?” seru Chanwoo antusias.

“Tentu saja. Kemarikan tanganmu!” kata Baekhee yang kemudian mengarahkan telapak tangan besar sang adik ke perutnya.

Chanwoo terperangah takjub saat merasakan gerakan demi gerakan bayi itu menyapa permukaan kulitnya. “Woah! Ini menakjubkan! Apa mereka sedang main bola?” tanya bocah itu polos. Membuat Baekhee tergelak sesaat.

“Kita belum tahu jenis kelaminnya, Chanwoo. Kakakmu ini menyuruh dokter untuk merahasiakannya dari kita semua. Ia sengaja agar kita mengetahuinya ketika nanti lahir saja,” Nyonya Jung yang menjawab.

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang