20. Deep Sadness

222 24 48
                                    

Entah sudah yang ke berapa kalinya Nyonya Jung menghela napas menyaksikan putrinya. Anak itu mengunyah makanannya dengan berderai air mata. Sebagai seorang ibu, Nyonya Jung mengerti jika Baekhee memaksakan diri untuk makan meski tak berselera sedikit pun. Ia hanya ingin menjaga agar para buah hatinya tetap sehat di dalam sana. Itu saja.

“Sayang, kalian pasti sedang bertengkar, ‘kan? Karena itulah kau kemari dan terus bersedih seperti ini,” Nyonya Jung bertanya.

Baekhee masih menunduk, tenggelam menatap makanannya.

“Sayang..., apa kau yakin tidak ingin pulang? Ini sudah jam pulang kerja Kihyun. Bagaimana jika ia pulang ke rumah dan mendapati kau tak ada di sana? Kau bahkan tak menghubunginya dulu kalau kau pergi kemari.”

Baekhee mengangkat wajahnya. Menatap sang ibu yang sejak tadi ia acuhkan. “Aku akan pulang jika ia menjemputku kemari. Jika ia tak menjemputku, itu artinya ia tak membutuhkanku lagi. Aku hanya ingin tahu seberapa pedulinya ia padaku sekarang, Bu.”

Nyonya Jung mendesah pelan. Tak tahu lagi bagaimana cara untuk menenangkan dan menasihati putrinya. Ia tak tahu apa masalah mereka yang sesungguhnya, namun melihat keadaan Baekhee sekarang, ia benar-benar sangat cemas.

Jarum jam terus berputar. Di ruang keluarga, Chanwoo berusaha menghibur sang kakak dengan berceloteh berbagai macam cerita dan lelucon. Akan tetapi Baekhee masih mematung dan sesekali mengusap air matanya yang terus keluar. Chanwoo mengusak rambutnya frustrasi, menyadari usahanya tak berarti sama sekali.

“Chanwoo, aku ingin pulang. Ini sudah jam 10 malam. Mungkin saja Kihyun sudah di rumah tapi menungguku menghubunginya lebih dulu. Kurasa aku tidak boleh egois. Bisa kau antarkan aku?”

“Tentu saja, Kak. Sekalian aku ingin mencekiknya. Berani-beraninya ia mengacuhkan Kakak yang sedang mengandung anak-anaknya.”

“Jangan seperti itu, Chan! Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya jika kau berniat menyakitinya.”

Chanwoo menghela napas gusar. Bocah itu melenggang pergi demi mengambil kunci mobil dan mantel hangat untuk sang kakak. Dalam hatinya ia merutuki Baekhee yang terlampau sabar dan berhati lapang. Suaminya saja yang tidak tahu diuntung.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Baekhee sampai di depan rumahnya. Chanwoo telah diusirnya agar langsung pulang. Kini wanita hamil itu memasuki rumah dengan penuh harap, semoga Kihyun berada di dalam. Namun ternyata yang ia dapati hanyalah Bibi Jang yang menyambutnya dengan raut cemas.

“Nyonya! Anda pulang bersama siapa? Saya sangat khawatir karena nyonya tidak pamit dulu sebelum pergi,” ucap wanita paruh baya itu sembari menghadap.

“Aku ke rumah orang tuaku, Bi. Adikku yang mengantarku pulang. Umm, apa suamiku sudah pulang, Bi?”

“Belum, Nyonya. Saya sendirian di rumah sejak tadi. Menunggu Tuan dan Nyonya pulang. Ternyata Nyonya datang lebih dulu.”

Oh, baiklah! Baekhee harus kembali jatuh dari angan-angannya. Berharap agar pria itu datang padanya atau setidaknya berada di sini untuk menunggunya. Namun ternyata harapan itu lagi-lagi pupus. Membuatnya kembali menelan kekecewaan.

“Ah, mungkin aku harus menunggunya sedikit lebih lama lagi. Baiklah...”

***

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang