15. Sweet Reality

180 24 25
                                    

Mantel hangat berwarna mocca telah membalut tubuh wanita setinggi seratus enam puluh lima sentimeter yang kini duduk di sebuah coffee shop ditemani secangkir milkshake. Pandangannya terarah pada dinding kaca yang menampakkan pemandangan kota tertutup salju sisa semalam di luar sana.

“Hei, Nyonya Yoo! Kau sudah menungguku lama? Wah, maaf, ya.”

Pria Kim yang setengah bulan lalu membatalkan janji akhirnya datang dan kini duduk di hadapannya.

“Tak apa. Toh, aku sedang butuh waktu sendiri untuk merenung di sini tadi,” jawab Baekhee dengan tersenyum sekilas.

“Kau kenapa, Baek? Ada masalah? Apa terjadi sesuatu dengan kalian?” tanya Hanbin khawatir saat melihat wajah Baekhee tampak tak bersemangat.

“Tidak ada. Hanya saja...” Hanbin mengernyit, melihat Baekhee tampak menimbang-nimbang ucapannya.

Sebenarnya Baekhee ingin sekali bercerita. Tapi rasa berat menahannya. Ia ingin menceritakan bagaimana Kihyun menjadi lebih pendiam dan sering melamun akhir-akhir ini. Pria itu selalu berkata ‘tidak apa-apa’ saat ditanya. Dan itu membuat Baekhee kecewa. Terkadang rasanya Baekhee ingin membongkar sendiri batok kepala Kihyun untuk mencari tahu sendiri apa yang ada di pikirannya. Tapi itu mustahil.

“Ah, hanya saja aku sedang tidak enak badan akhir-akhir ini.” Baekhee benar-benar mengurungkan niatnya.

“Benarkah? Seharusnya kau bilang padaku kalau kau sakit. Kita tunda lagi saja. Lagi pula ulang tahun kekasihku masih seminggu lagi.”

“Tak apa. Lagi pula aku ingin jalan-jalan,” kata Baekhee yang entah mengapa kini ia merasa canggung. Pasalnya Hanbin menatapnya aneh.

“Perasaanku saja atau bagaimana, ya? Tapi kau terlihat lebih berisi jika dibandingkan terakhir kali aku melihatmu,” celetuk Hanbin akhirnya.

“Maksudmu, sekarang aku agak gemukan? Baguslah. Bukankah artinya hidupku makmur?” Baekhee terkekeh kecil.

“Ah, benar juga. Eh! Kau tidak pesan kopi?”  Hanbin melirik milkshake di depan Baekhee.

“Aku tidak suka kopi. Pahit. Wlee..”

Hanbin tawa melihat raut lucu itu. “Tentu saja, kopi ya pahit, Sayang. Yang manis kan hanya senyummu.”

“Dasar gombal! Kusiram kopi panas milikmu, mau?”

“Wah, jangan! Ampun!”

***

Siang ini Baekhee dan Hanbin berjalan-jalan di salah satu department  store terbesar di Korea. Sebuah kalung diamond telah didapatkan Hanbin untuk kado ulang tahun kekasihnya. Tentu Baekhee yang memilihkannya. Sementara Baekhee sendiri membeli beberapa baju untuk mengganti koleksinya yang sebagian besar mulai kekecilan di tubuhnya.

“Hanbin, bisakah kita beristirahat sebentar? Aku sangat lelah.”

“Eoh? Baiklah. Sini, berikan padaku semua belanjaanmu! Kita cari tempat duduk.”

Mereka berjalan sedikit hingga sampai di sebuah bangku. Hanbin memberikan sebotol air mineral karena Baekhee terlihat kepayahan. Orang-orang hilir mudik di hadapan mereka.

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang