04. Run

263 22 13
                                    

Dari tujuh hari dalam seminggu, Baekhee hanya menyukai hari Minggu. Hari di mana ia akan menghabiskan waktunya bersama Kihyun seharian. Pergi beribadah bersama, mengerjakan pekerjaan rumah, dan terkadang mereka keluar untuk jalan-jalan juga. Hari di mana mereka akan saling banyak bicara dan bercanda. Yang paling dinantikannya adalah saat di mana Kihyun akan menjahilinya dengan aneka cara.

Seperti hari ini misalnya. Sepulang dari gereja, Kihyun memilih untuk berduduk santai di sofa ruang tengah yang menghadap langsung ke kolam renang yang jernih. Sementara itu, Baekhee baru saja mengambil dua gelas jus apel dari dapur dan meletakkannya di meja. Dengan sekali tarikan saja, Kihyun berhasil membuat wanita itu mundur dan berakhir dengan jatuh di pangkuannya.

"Hei!" pekik Baekhee terkejut saat pantatnya mendarat di paha Kihyun dan punggungnya membentur dada pria itu.

"Sayang! Kau tadi berdoa lama sekali. Kau meminta apa sampai sekhusuk itu?" tanya Kihyun sembari menyisir rambut Baekhee dengan jemarinya.

"Tentu saja rahasia. Kenapa kau jadi penasaran?"

"Mm.., entahlah. Akhir-akhir ini aku merasa kau semakin religius. Sebenarnya aku juga sering melihat matamu sembab setelah berdoa. Apa yang membuatmu sedih, Baek? Kau tidak bahagia bersamaku?"

Nada bicara Kihyun semakin lembut dan serius. Tersirat kekhawatiran terhadap sosok itu di dalamnya. Baekhee yang mendengarnya pun tersenyum, memilih untuk bersandar dengan nyaman pada tubuh di belakangnya itu.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu Tuan Yoo? Aku sangat bahagia. Aku hanya meminta pada-Nya agar menghadirkan seorang buah hati yang akan melengkapi kebahagiaan kita. Itu saja. Bukankah kau sangat kesepian?"

Kihyun menggeleng lalu memilih untuk mendekap perut wanita itu layaknya memeluk boneka Teddy bear. "Tidak. Aku merasa berkencan denganmu setiap hari. Mana mungkin aku kesepian? Bukankah dengan begitu aku tidak perlu berbagi dirimu dengan anakku? Hehe..," ringisnya jahil yang kemudian mengecup rambut panjang bak rapunzel Baekhee yang tergerai.

"Heuh.., kau ini! Sekarang aku tanya, Kau ingin kita punya anak berapa?" Baekhee mengubah posisi duduknya menyamping. Dengan begitu ia bisa mengalungkan lengannya pada leher Kihyun dan matanya bebas menatap manik objek yang diajaknya bicara.

"Kan aku sudah pernah bilang. Sebanyak-banyaknya, Sayang. Bagaimana dengan sepuluh? Kita bisa membentuk tim basket dan tim cheerleaders sekaligus. Itu pasti akan sangat seru," ujar Kihyun dengan raut polos nan riangnya.

"Heoh?! Memangnya kau pikir aku ini mesin pembuat anak apa? Meski aku belum pernah mengalaminya sekali pun, tapi itu pasti akan sangat melelahkan," Baekhee mendelik.

Kihyun tergelak, "Hahaha..Tapi aku menginginkannya. Lalu harus bagaimana? Aku juga tidak bisa menggantikanmu hamil bukan? Kalau bisa, tentu saja aku mau untuk bergantian denganmu."

Baekhee terpaku melihat tawa Kihyun pecah karena ucapannya sendiri. Dari rautnya saat ini, tampak sekali bahwa pikiran pria itu menerawang jauh pada hal-hal indah tentang rasanya menjadi seorang ayah.

Senang sekali bisa melihatmu tertawa seperti ini. Tapi mungkin kau akan merasakan sakit karena faktanya itu hanya dalam anganmu saja, Ki. Setidaknya sakitmu tidak akan separah yang kurasakan.

Ya. Baekhee hanya cukup menanggungnya sendiri. Kihyun tak perlu tahu bagaimana sepinya hari-hari yang ia jalani di rumah. Kihyun tak perlu tahu tentang perasaannya yang tersinggung setiap kali ia pergi menemani sang mertua arisan dan para ibu-ibu menyindirnya soal anak. Kihyun tak perlu tahu tentang hatinya yang sedih setiap kali ia tak dapat berbagi cerita tentang perkembangan anak saat berkumpul bersama teman-tamannya. Dan Kihyun tak perlu tahu bahwa di luar sana banyak orang yang meramal mereka akan berpisah suatu saat nanti karena tidak adanya pengikat yang berupa anak.

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang