09. Disappointed

183 26 32
                                    

“Sayang, bangunlah! Ini sudah pagi.”

Telapak tangan besar Kihyun menepuk pelan bahu sang istri yang masih terlelap di kasurnya. Pria itu telah mandi, berpakaian kantor dengan rapi, pun dengan rambut yang telah disisir dengan apik. Karena pagi sudah beranjak naik, rasanya ia perlu membangunkan sosok cantik si sana meski sebenarnya tak tega.

“Baekhee, Sayang! Bangun!” lirihnya sekali lagi dengan menepuk pelan pipi wanita itu.

Perlahan Baekhee membuka matanya dan mengerjap. Melihat bagaimana pria itu telah berjongkok demi menatapnya yang masih terbaring. Tangan hangat pria itu juga berada di pipinya.

Kihyun mengulum senyum, menyaksikan wajah bangun tidur Baekhee yang masih tetap cantik baginya. “Sepertinya tidurmu sangat pulas. Sampai-sampai aku yang terbangun lebih dulu,” ujarnya sembari mendudukkan diri di samping Baekhee—yang juga telah bangkit terduduk.

Baekhee tersenyum getir. Ia masih ingat bahwa ia terbangun pukul dua dini hari dan Kihyun tak lagi bersamanya, bahkan pria itu meninggalkan rumah. Ia menunggu kepulangannya di ruang tamu hingga pukul tiga dengan hati yang gelisah.

Merasa sia-sia, Baekhee pergi ke kamar dan kembali berbaring di tempatnya semula. Matanya memang terpejam, namun jiwanya sama sekali tidak tertidur. Ia sadar betul bahwa Kihyun masuk ke kamarnya pukul empat lalu memeluknya lagi seperti biasa.

Dan sekarang pria itu berkata seolah tak terjadi apa pun semalam? Seolah mereka terlelap bersama dari petang hingga pagi? Hahaha..., hebat sekali!

“Ah, benar. Sepertinya aku kelelahan. Kau menyanyikanku lagu sebelum tidur dan memelukku dengan hangat. Makanya tidurku sangat nyenyak. Hehe..” Rengesannya berbanding terbalik dengan isi hatinya yang sesungguhnya. Miris.

“Uh, kasihan sekali istriku yang cantik ini. Mandi sana! Kutunggu di bawah. Aku sudah memasak banyak sarapan untuk kita.” Kihyun mengusak kepala Baekhee, gemas. Sebuah kecupan singkat turut ia daratkan di pipi wanita itu.

“Wah, terima kasih. Suamiku pengertian sekali.” Baekhee memeluk sebelah lengan Kihyun dan bergelayut manja di sana.

Kau manis sekali jika sedang menutupi sesuatu, Ki. Aku baru tahu...

***

In the dinning room...

Keheningan menyelimuti acara sarapan mereka yang saling berhadapan di meja dinning room. Hanya bunyi dari peralatan makan yang saling beradu yang sesekali terdengar. Galbi (iga panggang), kongnamul bab (nasi dengan tauge), spicy seafood salad, oi naengguk (sup mentimun dingin) dan saengchae (kimchi dari lobak) yang tersaji seharusnya cukup untuk menggugah selera makan mereka. Namun kini masakan lezat nan harum tersebut seperti terasa hambar akibat pikiran kedua insan itu yang kabur entah ke mana. Baekhee masih larut dengan rasa kecewanya, sementara Kihyun larut dalam rasa bersalahnya.

“Kenapa makanannya hanya kau aduk-aduk, Sayang? Tidak enak, ya?” Baekhee terkesiap saat Kihyun mulai membuka suara.

“Eoh, tidak. Bukan begitu. Semalam aku mimpi buruk. Dan itu sangat mengganggu pikiranku sampai sekarang,” jawab Baekhee dengan sedikit tertunduk, menatap makanannya.

“Memangnya kau mimpi apa?” Kihyun mengambil alih piring Baekhee dan memilih untuk menyuapi wanita itu agar mau makan. Kursi miliknya ia geserkan untuk mendekat pada Baekhee.

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang