07. Persist

161 24 7
                                    

At Asan Medical Center, Seoul...

Laura duduk termenung sendiri di depan ruang rawat Kihyun. Istri dan ibunda Kihyun sudah ada di dalam sana. Ia cukup tahu diri untuk tidak bergabung bersama mereka. Yah, meskipun sebenarnya ia juga mencemaskan pria itu dan ingin melihat keadaannya.

“Baby!” sapa seorang pria yang tak ia sadari sejak kapan tibanya.

“Eoh, Changkyunie! Kau sudah datang rupanya.”

“Hei, kenapa murung begitu, Honey?” tanya pria itu sembari merangkul bahu Laura. “Oya! Bagaimana kau bisa sudah sampai di sini lebih dulu? Aku yang baru dikabari saja langsung datang. Ternyata kau malah sudah di sini lebih awal.”

“Aku.., umm.., tadi...”

Ah, bagaimana ini? Laura tak tahu harus menjawab apa. Mana mungkin ia mengatakan bahwa ia sudah bersama Kihyun sejak pria itu belum pingsan. Yang ada Changkyun akan meminta penjelasan serinci-rinci tentang mereka.

“Changkyun! Kenapa kalian justru duduk di situ? Mau ikut masuk, tidak?” sapa Hyungwon yang juga baru datang bersama sang istri dan ibu tercintanya.

“Eh, iya. Kami akan masuk. Ayo, Laura!”

Tangan Changkyun menarik lembut tangan Laura untuk masuk ke ruang Kihyun. Jujur, gadis itu belum siap berada dalam satu ruangan dengan mereka. Terlebih jika harus melihat sosok ibunda Kihyun. Rasanya memori memalukan di masa lalu mereka terputar kembali dalam kepala.

Semua orang telah berkumpul di ruang rawat VVIP tersebut. Kihyun juga telah sadar. Pria Yoo itu merasa tidak enak melihat keluarga besarnya datang dengan raut khawatir mereka.

“Kihyun! Bagaimana keadaanmu, Sayang? Perutmu masih sakit?” cemas Bibi Chae dengan menyentuh kepala sang keponakan.

“Aku baik-baik saja, Bi. Astaga, memalukan sekali aku sampai seperti ini. Tidak ada masalah yang serius. Sebentar lagi aku pasti diperbolehkan pulang,” ucap Kihyun ceria meski masih dengan wajah pucatnya.

“Apanya yang tidak serius, Kihyun? Maag kronismu kambuh. Lambungmu terluka. Jika dibiarkan kau bisa terkena kanker lambung!”

“Jaga pola makanmu, Brother! Jangan sampai stres juga. Itu berbahaya untukmu,” sambung Changkyun yang lantas dibalas senyuman dan anggukan lemah Kihyun.

Baekhee masih duduk setia di samping bangsal sang suami. Ia menggenggam tangan Kihyun seakan tak akan pernah ia lepaskan. Matanya menatap sedih wajah pria itu dengan hati yang dipenuhi rasa bersalah meski bukan sepenuhnya kesalahannya.

“Baekhee! Bagaimana bisa suamimu sampai seperti ini? Apa kau tidak memberinya makan? Dokter bilang perutnya kosong.”

Yeonhee menggeleng pelan menyadari ibu dari Hyungwon ini mulai lagi menghakimi Baekhee. Sementara itu, semua pasang mata kini mengarah pada Baekhee. Membuat wanita itu gugup dan merasa seperti terdakwa di sini.

“Bukan begitu, Bi. Aku hanya terlalu sibuk dan sedikit banyak pikiran saja,” sergah Kihyun halus, berusaha membela sang istri.

“Mana mungkin, Kihyun? Bibi jadi curiga. Jangan-jangan istrimu hanya bersantai-santai saja di rumah bak seorang ratu.”

Magical Sunset :Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang