"lo harus ada di pihak gue, gue ga terima penolakan. kalo lo nolak gue bakal ngelukain mereka semua."
kamar yang didominasi warna pastel itu diselimuti aura tidak enak. aura itu memancar dari seorang gadis dengan rambut sepinggang yang nampak dalam suasana hati tidak baik.
mata tajamnya menatap gadis yang lebih muda. yang lebih muda hanya bisa menundukkan kepalanya. tidak berani menatap yang lebih tua. tangannya bertaut.
hatinya bergejolak. kini ia terjebak dalam situasi yang sangat tidak ia inginkan. ia ingin lari, tapi ia tidak punya arah untuk berlari.
"tapi dia temen gue ...." ucap yang lebih muda. nada suaranya agak bergetar. ia meremas tangannya, mencari pelampiasan dari emosinya.
"dan gue kakak lo! lo bilang lo sayang kan sama gue? lo pengen kan gue balik lagi ke rumah? kalo lo mau semua itu terjadi, lo harus nurut!" kata yang lebih tua. menatap adiknya sarat akan perintah.
ia tahu adiknya akan sulit memilih jika seperti ini. salahkan saja adiknya yang terlalu lemah saat sudah menyangkut dengan keluarga dan ikatan darah di antara mereka.
"kak, ini salah. kakak nggak seharusnya kaya gini." ujar adiknya.
"lo tau apa sih? lo kan cuma gue suruh nurut sama perkataan gue, gausah nanya-nanya!" tukas sang kakak mutlak. akhirnya si adik hanya bisa diam sambil menekan emosinya agar tidak meledak.
ia dihadapkan dengan pilihan sulit. sahabat yang sudah seperti keluarga atau keluarga yang ia harap akan menjadi harmonis.
"kak, kita udahan aja ya?"tiba-tiba aja, ga ada angin ga ada ujan. yeri bilang gitu ke jungkook yang lagi main free fire di hapenya.
jungkook yang kaget reflek banting hape. ga elite banget, padahal hapenya iphone x baru beli kemaren. ya ga kemaren-kemaren banget sih, udah ada tiga empat hari lah.
"IH KOK DI BANTING SIH?!" yeri ngejerit dong. heh eta yang buat beli hape teh duit coeg duit DUITTTT!
"apaan sih udahan-udahan?" kata jungkook dengan nada kesel maksimal. antara kesel karena hapenya kebanting sama kesel denger yeri bilang udahan.