(39)

9.1K 333 1
                                    

Harlly mengigit bibir bawahnya rasa takut melingkupinya, ia takut merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tinggal menunggu Rick yang memerintahkannya untuk keluar.

"Nat, aku takut tapi aku senang kau bisa keluar"

"Jangan takut, Rick ada disamping kita. Kau pasti bisa melewatinya"

"Terimakasih,Nat. Maaf..."

"Tak apa, persiapkan dirimu, sampai jumpa"

Harlly memutuskan bangkit dan menatap ke arah langit yang memancarkan sinar terang dari bulan.

Tok...tok.. tok

"Masuk" sahut Harlly dari balkon.

Rick masuk dengan cepat dan berhadapan dengan Harlly, "ayo, sudah waktunya" titah Rick sambil memegang bahu Harlly.

Rick tahu kalau Harlly gugup dan takut ia dapat menangkap itu semua hanya dengan menatap kedua mata Harlly.

"Aku ada disampingmu, kau pasti bisa" ujar Rick membuat kegundahan Harlly sedikit mengurang.

Rick menggenggam erat tangan Harlly dan membawanya keluar dari mansion menuju hutan.

Bulan sudah memancarkan sinar terangnya di atas kepala mereka, Harlly menatap sekelilingnya yang dipenuhi pohon dan di depannya jurang yang mengarah ke sungai.

Malam sunyi ini hanya di isi dengan deru nafas mereka dan aliran air dari sungai.

Harlly merasakan seluruh tubuhnya sakit seakan semua tulangnya di temukan secara paksa, Harlly tak bisa menahan rasa sakitnya ia ingin menyerah, tapi ia mendengar Natasa dan Rick yang terus menyemangati dirinya.

"Argh...Sakit...sakit, Rick. Aku tak bisa" teriak Harlly sambil mencengkram kuat tanah.

"Kau pasti bisa, rasanya sakitnya tak akan berangsur lama, ayo" semangat Rick sambil mengusap rambut Harlly dan menyeka keringat yang sudah mengalir deras di sekitar wajah dan tubuh Harlly.

Harlly terus melawan rasa sakitnya dan sekarang ia sudah dapat berganti shift dengan Natasa.

Harlly tersenyum di dalamnya, "kita berhasil, Nat"

"Ya, kita berhasil. Terimakasih" balas Natasa yang terus melolong.

Rick terpaku melihat serigala berbulu putih dengan netra ungu terang, wolf Harlly sangatlah cantik dan indah.

Rick mengelus kepala serigala itu yang terus mengendusnya, "hai, aku Rick"

"Ya, aku tahu" jawab Natasa cuek.

"Aku Natasa" tambahnya lagi datar.

Rick memindlink wolf nya Fred, "hey, ia sangat berbeda dengan Harlly yang lembut"

"Ya, dan biarkan aku menyapanya, cepat bertukar shift" titah Fred membuat Rick memutar matanya malas.

Terdengar suara tulang berbenturan, Rick melakukan pertukaran shift dengan Fred karena serigala itu terus melolong di pikirannya.

Fred melolong panjang dan mereka saling menatap satu sama lain.

"Aku Fred, wolf si brengsek Rick" ucapnya.

"Serigala sialan!"

"Natasa" balasnya.

Natasa dan Fred memutuskan untuk berkeliling sekitaran hutan hingga mereka lelah.

"Aku rasa ini sudah cukup, dan aku ingin bergantian dengan Harlly aku butuh pakaian" ucap Natasa.

Fred hanya menggangguk dan memindlink Moris untuk membawakan pakaian untuk Rick dan Harlly.

Tak lama kemudian Moris datang dengan pakaian untuk Rick dan Harlly.

Moris berlutut di depan serigala besar berwarna hitam itu, Fred bersembunyi di balik semak-semak dan berganti menjadi Rick.

Rick cepat-cepat memakai pakaiannya dan menutupi Natasa yang akan bergantian dengan Harlly.

Harlly memakai kaus hitam milik Rick yang dapat menutupi setengah pahanya, tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga ia benar-benar ingin istirahat.

Rick mengumpat dalam hati saat tahu Harlly tak menggunakan pakaian dalam, walau Harlly sahabatnya ia tetap laki-laki normal yang tergiur dengan ini.

Rick menghembuskan nafas kasar dan menggendong Harlly ala bridal style, dengan cepat ia membawa Harlly menuju mansionnya.

Sesampainya di kamar Harlly, Rick membaringkannya dengan perlahan dan menatap wajah Harlly yang tenang dan guratan lelah terlihat disana.

Rick mempunyai perasaan lebih dengan sahabatnya ini, iya ia tahu ini salah tapi ia benar-benar mencintai Harlly sejak kecil.

Dan juga matenya pergi meninggalkannya hanya untuk Diego. Lagi-lagi Diego menghancurkan dirinya, ia sungguh benci dengan vampir sialan itu.

Rick mengusap pipi Harlly lembut ia tak tahan untuk tak mencium bibir ranum Harlly.

Fuck!

Rick mendekatkan wajahnya ke wajah Harlly dan menyatukan bibir mereka, dengan pelan ia menggerakkan bibirnya dan sedikit menghisapnya.

Rick mencium kening Harlly lembut dan naik ke atas ranjang  di samping Harlly ia mendekap tubuh mungil itu dengan erat.

Ia tahu ia salah tapi bodohnya ia masih mengikuti egonya.

Rick tersenyum kecil menatap wajah Harlly yang terlelap selalu menjadi favoritnya dari dulu.

Rick mengusap wajahnya kasar lebih baik ia keluar sekarang atau tidak ia tak dapat mengontrol dirinya yang selalu menginginkan Harlly dan sellau tergoda untuk menandai Harlly.

Sialan!

Rick bangkit dan berjalan keluar menuju kamarnya, ia harus mengguyur otaknya dengan air dingin agar ia dapat berpikir jernih.

NOT CONSIDERED[SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang