(37)

8.9K 304 3
                                    

Harlly menatap sendu ke arah luar jendela yang menampilkan pemandangan langit hitam tanpa bintang.

Ia merindukan Diego, apa yang sedang Diego lakukan sekarang? Apakah Diego sudah tidur? Apakah dirinya sudah bahagia?

Banyak pertanyaan yang terpendam di kepala Harlly, Harlly larut dalam kenangan dirinya dan Diego, Harlly tersenyum pedih mengingat perlakuan manis dan lembut dari Diego.

Apakah ia dapat merasakannya lagi?

Tidak!

Diego sudah bertunangan mungkin sudah terjadi pertukaran janji selamanya.

Harlly merasakan dadanya sesak dan hatinya ditusuk oleh ribuan jarum, ia hanya dapat menitikan air matanya.

Mengapa rasanya sesakit ini?!

Mengapa ia masih merindukan Diego!

Harlly mengusap air matanya dan menghembuskan nafas berat ia tidak mau memikirkan Diego lagi itu hanya membuatnya sakit. Tapi tetap saja kepalanya menampilkan satu persatu sosok Diego.

Air mata itu mulai berjatuhan lagi, Harlly terus mengusapnya tapi air sialan itu tetap mengalir deras.

Harlly merasakan hembusan nafas di kepalanya dan tubuhnya terasa hangat.

Harlly menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang sudah basah karena air matanya.

"Sttt... Ada apa? Aku disini"

Terdengar isakan Harlly yang sedari tadi ia tahan, dekapan ini membuatnya nyaman dan menginginkan mengeluarkan air mata lebih banyak lagi agar rasa sakitnya keluar.

"M-mengapa r-rasanya se-sakit i-ini? Hiks"

"M-mengapa d-dunia m-memainkan d-diriku? A-aku l-lelah"

Ia hanya bergeming dan tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Harlly lembut.

"Ada apa dengan hidupmu, Grace..."

Harlly menghentikan isakannya, Grace?

"Grace?" Kepala Harlly tiba-tiba terasa kosong saat 'nama' itu kembali disebut.

Harlly menghapus air matanya yang masih menggenang dan berhadapan dengan Rick yang mengenakan penutup wajah itu lagi.

"B-bagaimana k-kau t--"

"Kau tidak mengingatnya? Sejak pertama kali aku melihatmu, aku merasa mengenalimu... Dan ternyata benar! Kau adalah Grace yang sejak lama aku cari"

Harlly menatap lekat kearah mata coklat itu mencari-cari sesuatu disana, karena Harlly benar-benar tak mengingat tentang lelaki di depannya, walau wajahnya tampak familiar.

"Grace...aku akan selalu menjaga mu"

"Grace...aku menyayangimu, aku tak akan meninggalkanmu"

"Aku harus pergi, maafkan aku, Aku selalu ada untukmu"

"R-r-rick H-handerson?" Tanya Harlly terbata-bata saat menyebut nama sosok yang ia rindukan.

Rick melepas penutup wajahnya sehingga Harlly benar-benar dapat melihat wajah lelaki itu tak terhalang apapun, karena kemarin malam Rick menggunakan topeng yang menutupi matanya dan pagi hingga petang Rick tak ada di mansion.

"Grace..." Rick langsung memeluk Harlly dan menangkup kedua pipi Harlly menatap lekat sosok wanita cantik yang ia sayangi.

"S-selama ini kau d-dimana? K-kau tahu aku s-selalu menunggumu!" Pekik Harlly marah.

Rick hanya bergeming.

"Mana janji mu?! Yang akan selalu bersamaku!"

"Hey...mengapa kau meledak seperti ini? Aku disini" balas Rick mengerutkan keningnya.

"K-kenapa kalian hanya dapat memberi janji manis yang tak akan ditepati, meng--"

Harlly membulatkan matanya saat benda kenyal itu menempel di bibirnya.

Seketika lidah Harlly Kelu dan tubuhnya membeku tak dapat mengelak dan pikirannya kosong.

"Bagus, kau diam" ucap Rick memundurkan wajahnya dan mengusap Harlly.

Rick benar-benar tak tahu apa yang ia lakukan! Ia hanya gemas melihat Harlly yang terus berceloteh.

"A-apa yang k-kau l-lakukan?!" Ucap Harlly saat kesadarannya sudah kembali.

"Menempelkan bi--"

"Diam! Keluar! Mengapa jadi seperti ini?! Argh sialan kau!" Maki Harlly kesal, yang tadinya ia sedih tiba-tiba sekarang otaknya terasa mendidih.

"Bagaimana jika kita bertarung? Kekuatan mom mu pasti turun ke dalam dirimu" ajaknya membuat Harlly terdiam.

"Bagaimana?"

"A-aku t-tak b-bisa" jawab Harlly memalingkan wajahnya.

"Hey, look at me. Aku akan membantumu" ucapnya sambil menggenggam tangan Harlly lembut.

"Ayolah, daripada kita berdiam dan tidak bisa tidur seperti ini"

Harlly menatap ragu kearah Rick.

Rick memutar matanya jengah dan menyeret Harlly paksa ke arah belakang mansion, Harlly mendengus kesal dan mengikuti langkah Rick.

Rick sedang memilih pedang yang sudah diasah dan dapat menggores kulit jika sedikit saja ditekan.

"Kita akan mulai dengan ini dulu" titahnya lalu mengambil dua pedang yang sama dan memberikan satu kepada Harlly.

Rick dengan sabar membantu Harlly berlatih dengan benda tajam itu, sedikit mulai sedikit Harlly sudah paham dan Rick menyuruh Harlly untuk melawannya.

Dengan beberapa cara yang sudah diajarkan Rick, Harlly dapat bergerak lincah dan mengalahkan Rick dengan ujung pedang yang ada di depan leher Rick.

"Okay... Turunkan! Kau mau membunuhku?"

Harlly mendengus kesal dan mengembalikan pedang itu ketempat semula diikuti Rick.

Rick mengusap rambut Harlly lembut, "tidurlah, besok kita akan berlatih bertarung fisik" titahnya dianggukki Harlly karena malam sudah bertambah larut.

"Nat, Rick kembali"

"Ya, ya, ya. Aku tahu ternyata benar firasat ku bahwa itu Rick"

"Selama ini kau kemana saja?"

"Harlly, maafkan aku yang menghilangkan diri saat kau terpuruk"

"Tak apa, aku harus istirahat sekarang, malam"

"Malam"

Harlly menarik selimut itu hingga ke leher dan memejamkan matanya.

🐺🐺🐺

Maaf kalo ga jelas dan ga masuk akal, maaf.

Byeee

NOT CONSIDERED[SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang