6. Sedang berpikir

8K 593 61
                                    

"Jisella, coba kamu cari kerja part time aja gimana? Habis kamu magang, belajar mandiri dulu ya nak."

Jisell menarik nafasnya mencoba tenang mendengar ucapan ayahnya lewat telepon. Rintik hujan bahkan mulai turun menemani Jisell yang sekarang sendirian duduk di halte bus.

"Iya, bisnis ayah baik-baik aja 'kan?" Jisell bertanya.

"Iya, Ayah sedang mengusahakan bekerjasama dengan perusahaan asal Jerman."

"Oh ya sudah ya, Yah. Bus Jisell udah datang."

"Maaf ya, Sell. Ayah bulan ini ngirim uang buat kakak kamu dulu, kamu masih ada tabungan 'kan?"

"Iya, ada. Love you"

Jisell berdecak kesal setelah telponnya mati, rasanya Jisell ingin membanting handphone nya itu, tapi apa boleh buat, ia tidak mungkin merusak harta berharga nya itu. Handphone nya adalah setengah jiwa nya, lebay memang tapi memang begitulah arti Handphone bagi Jisell.

Bus Jisell belum datang tapi ia terpaksa bohong karna terlalu kesal dengan ayahnya itu yang lebih mementingkan kakaknya yang sedang berada di luar negri, bukan nya Jisell ingin iri tapi rasanya ia selalu di nomer dua kan dalam segala hal, Jisell pikir karna ia adalah seorang adik dan sudah sewajarnya kalau ia menurut pada orangtua dan kakaknya.

Jisell menghela nafasnya untuk kesekian kali nya, menunduk sambil menatap sepatu flat nya. Kebiasaan Jisell yang sedang berpikir sambil menunduk.

"Kalau modal cantik gini, jadi selebgram laku enggak. Ya?" Jisell mulai berbicara sendiri "Followers gue juga banyak, lagian bikin Vlog kayaknya lumayan deh"

"Jadi sekarang kamu mau banting stir jadi artis?" Suara lelaki yang Jisell kenal membuatnya mendongak di tambah sekarang ia merasakan jaket kulit yang hangat di lampirkan di bahu nya.

Jisell mendengus lalu menjaga jarak nya dari lelaki itu.

"Emang kita kenal, ya?" Jisell membalas.

"Aku?, tetangga kamu. Mattew" Mattew tersenyum geli melihat Jisell yang terlihat kesal.

"Udah deh Matt, lo mending sama cewek lo aja. Ngapain gangguin gue lagi"

"Kamu cemburu?"

"Gue cemburu?, Sorry. Tapi sayangnya enggak"

"Ya, kamu cemburu. Mana ada gadis yang tidak cemburu tapi mengatakan hal tidak masuk akal sampai menarik seluruh perhatian pengunjung restoran" Mattew mengangkat bahu nya.

"Bule sialan, sayangnya seksi banget lagi"

Jisell berdecak kesal melihat dada bidang Mattew dan lengan nya yang berotot itu hanya di lapis tshirt berwarna hitam. Mattew sangat seksi, apalagi sekarang Jisell melihat tatto di bagian leher kiri lelaki itu yang sedikit terlihat, Jisell baru sadar kalau Mattew punya tatto di sana.

"Itu sapu dulu iler kamu" Mattew terkekah melihat Jisell yang langsung memalingkan wajahnya yang merah padam. Rasanya Mattew sangat menyukai bagaimana Jisell yang merona karna tertangkap basah menatapnya penuh minat.

Harusnya Jisell tahu kalau sebenarnya yang pertama terpesona itu Mattew.

"Fyi, yang tadi itu sepupu ku. Jadi jangan bilang semua lelaki itu berengsek atau gay. Jangan karna mantan kamu gay, aku juga di samakan" Mattew berkata.

"Gue tau ya cowok sekarang tuh pacar nya aja di akuin sepupu atau adik, klise banget" Jisell membalas.

"Kamu pengalaman, ya" Mattew mendekatkan duduknya dengan Jisell yang sekarang mendengus.

"Kalau pengalaman, kenapa?. Emang benar kan" Jisell mengeratkan jaket kulit di bahunya karna angin menerpanya, terlebih hujan juga mulai turun dengan deras.

Sexy Man Next doorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang