XIV. Us

2.3K 579 58
                                    

sore ini minhee kembali melangkahkan kakinya masuk ke area rumah sakit. walau datang jauh lebih sore dari biasanya, minhee berharap dapat melihat yunseong di tempat sosok itu latihan berjalan. minhee mungkin tak punya cukup waktu lagi untuk melihat yunseong, karena yunseong sudah mendapatkan kemampuan berjalannya. terakhir kali minhee perhatikan, yunseong sudah bisa berjalan dengan normal tanpa dibantu oleh kakak perempuan yang biasa menemaninya.

setelah ini minhee tak akan pergi ke rumah sakit lagi. yunseong pasti akan kembali ke rumahnya dan saat itu tiba, minhee tak akan pernah muncul lagi dalam kehidupan yunseong. walaupun itu tak cukup membayar hutangnya pada yunseong, minhee rasa dengan tak lagi berurusan dengannya yunseong akan hidup lebih baik.

saat memasuki area taman, minhee tau ia terlambat. sudah tak banyak orang di sana dan matahari hampir mencapai tempat peristirahatannya. minhee menghembuskan napas berat. sayang sekali ia tak bisa izin pada pelatih baseballnya tadi.

setelah memastikan bahwa sosok yunseong tak ada di sana, minhee memutuskan untuk pulang. ia melangkah pergi meninggalkan area taman itu. mungkin memang alam tak mengizinkannya lagi untuk sekedar memperhatikan yunseong dari kejauhan. minhee teringat kesalahan fatalnya yang mengakibatkan yunseong harus berbaring di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama.

hutang nyawa.

sebesar itu hutang minhee pada yunseong.

minhee tak boleh menangis. ia bahkan tak punya hak menangis. semua salahnya. semua jadi semakin rumit karena kesalahannya.

tapi minhee tak bisa menahan air matanya kala sosok yang paling ia rindukan dan paling ia hindari kini berdiri tepat di depannya.

minhee ingin lari, pergi jauh dari sana namun kakinya tak cukup punya tenaga untuk sekedar melangkah. tatapan teduh itu kini tertuju padanya, tatapan yang membuat minhee tau bahwa yunseong adalah dunianya yang hilang.

perlahan yunseong berjalan mendekati minhee yang berdiri diam dengan berurai air mata.

"minhee,"

suara ini. dulu suara yang membuat minhee tersenyum tiap kali namanya disebut.

yunseong meraih pergelangan tangan minhee, membawanya pergi. minhee tak sanggup menolak. kakinya hanya bergerak mengikuti langkah yunseong yang berjalan lebih dulu darinya.

yunseong membawa minhee ke rooftop rumah sakit. disini hanya ada mereka. tak akan ada sosok ibu yunseong yang akan memisahkan mereka berdua.

minhee masih tak kunjung bicara, bahkan ketika yunseong akhirnya mendekap sosok minhee. yang bisa minhee lakukan hanya menangis. tak tau lagi berapa banyak air mata yang sudah keluar karena merindukan sosok yunseong.

"gua gak bangun buat liat lu nangis, minhee" ucap yunseong sembari mengelus pelan punggung minhee yang mulai menangis terisak.

yunseong memberi jarak untuk dapat menatap wajah minhee yang basah. tangan yunseong perlahan mengusap pipi minhee yang terlihat semakin tirus dari terakhir kali ia ingat. yunseong tau minhee pasti melewati masa yang berat, dan itu sangat mempengaruhi minhee.

minhee bukan seseorang yang mudah menangis.

yunseong hanya pernah melihat minhee menangis saat orang tua minhee meninggal akibat kecelakaan pesawat dan saat ini. karena itu yunseong merasa bersalah menjadi alasan sosok yang ia sayangi menangis.

"jujur aja, rasanya mati pun gua gak sanggup, kalo itu tandanya gua harus ninggalin lu," ucap yunseong sembari menatap minhee penuh afeksi.

minhee tau ia egois. minhee tau bahwa seharusnya ia tak lagi boleh berada di sisi yunseong, tapi untuk kali ini saja ia ingin memeluk yunseong seperti dulu saat semuanya baik-baik saja.

minhee memeluk yunseong, membiarkan dirinya kembali merasakan dekapan hangat sosok sahabat, kakak dan orang yang ia percaya.

yunseong tersenyum lega. tau bahwa minhee dalam peluknya saat ini masihlah minhee-nya yang dulu.

setelah tangisanya mereda, minhee memberi jarak di antara keduanya. membiarkan yunseong kembali menatapnya penuh sayang. tatapan yang minhee rindukan.

minhee perlahan menyentuh pipi yunseong dengan jemarinya, merasakan sosok yunseong secara utuh, bukan lagi bayangan tak kasat mata yang hanya bisa terlihat olehnya. minhee bahagia. sungguh. menyadari bahwa yunseong kini menghirup udara yang sama dengannya.

"i miss you all the time" ucap minhee hampir berbisik.

yunseong meraih tangan minhee, menggengam lembut tangan itu dan menjatuhkan kecupan ringan di sana. berusaha menyalurkan rasa rindunya lewat kecupan itu. yunseong ingin minhee tau bahwa kata rindu bahkan tak bisa mengekspresikan perasaannya saat ini.

"makasih karena jadi alasan gua hidup, minhee" ucap yunseong penuh makna.

.

.

.

tbc

-godflex

p.s maaf aku baru pertama kali bikin agak sedih. kalo tulisan aku gak memuaskan maaf banget gengs:(

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang