XXV. Goodbye

2.6K 429 151
                                    

langit menggelap di atas kepala mereka yang berdiri mengeliling  tanah berlubang itu. jas dan gaun hitam membalut tubuh kebanyakan orang disana, termasuk empat sosok yang berusaha tetap bediri tegap walau rasanya psikis mereka tak lagi cukup sehat untuk tetap berada di sana. jungmo menggengam erat jemari si bungsu yang sepertinya sudah lelah menangis. kaca mata hitam yang menutup mata hyeongjun menghalau pandangan orang yang mengiba.


mata hyunbin tak henti menatap peti berwarna putih dengan ukiran indah di sepanjang penutupnya. jika ia bisa memilih mungkin akan jauh lebih baik jika ia berada di sana sekarang, dari pada harus menanggung rasa bersalah sampai kematian juga menjemputnya. minhee berada di sisi kanan hyunbin dan duduk lemas di atas kursi rodanya. pandangannya kosong. bahkan sejak berada di rumah duka, ia menolak untuk menjabat tangan orang-orang yang memberi ucapan belasungkawa.

peti indah itu nampak bersinar di antara mendung langit dan kerumunan orang yang menggunakan setelan hitam. begitu cerah hingga kemana pun mata bergerak, peti itu akan kembali jadi objek pengelihatan. jungmo berusaha mati-matian untuk tak melihat peti itu, ia harus kuat paling tidak sampai prosesi pemakaman hari ini selesai.

pendeta nampak telah selesai bicara, mengirimkan rangkaian doa bersama dengan orang-orang yang datang hari itu. terdengar sayup-sayup lantunan doa dan isak tangis di sana, membuat keempat kakak adik yang tersisa di sana kembali merasakan sensasi aneh itu. hilang dan kosong. masih terasa tak nyata. satu pun dari mereka tak melantun doa, berharap bahwa besok hari saat mereka bangun dan siap beraktivitas, sosok yang tersenyum dalam pigura berbingkai hitam dalam genggaman hyunbin itu ikut duduk di meja makan.

jungmo merasakan bahu adiknya kembali bergetar hebat. tangan hyeongjun mendingin dalam genggamannya saat mereka menyaksikan peti berbahan jati itu perlahan masuk dalam liang lahat. minhee menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan dan menangis dalam diam, ia ingin lari, namun tubuhnya belum cukup pulih untuk ia bawa pergi dari sana.

hyunbin menunduk dalam, tak sanggup menatap prosesi pemakaman di depannya. tangan hyunbin memutih, menggenggam kuat pigura yang membingkai wajah wonjin yang tersenyum. perlahan air mata itu turun lagi, membasahi lapisan kaca yang melindungi lembar foto.  jungmo menolehkan wajahnya, menatap ketiga saudaranya. mereka sama hancurnya hari ini. salah satu bagian dari mereka telah hilang dan tak akan lagi ada untuk bersama.

“selamat jalan, wonjin” bisik jungmo pelan sembari membawa hyeongjun yang menangis keras, masuk dalam dekapannya.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang