XXIV. Bloody Weekend II

1.8K 434 80
                                    

semuanya terjadi begitu cepat. wonjin yang ambruk ke atas rerumputan di halaman belakang kediaman mereka, hyeongjun yang berteriak histeris menahan tubuh minhee yang perlahan melemas, jungmo dan hyunbin yang berlari menghampiri mereka. minhee hampir kehilangan kesadarannya saat jungmo mendekap tubuh kurusnya itu erat.

nyeri dan rasa dingin perlahan ia rasakan, bersamaan dengan gelap yang menggiringnya menuju tidur lelap.

hyeongjun menangis keras kala itu, mengikuti langkah kaki jungmo yang membopong minhee pergi dari sana. sementara itu hyunbin dengan degup jantung yang kencang, masih berada di sana, berusaha membangunkan adiknya yang terkapar dengan wajah berlumur darah dan tangan menggenggam. hyunbin bergidik tak habis pikir. si sulung memastikan adiknya masih bernapas saat itu. wonjin baik-baik saja, namun hyunbin tetap khawatir karena wonjin tak kunjung sadar.

kedua saudara itu berakhir di ruang tengah dengan wonjin yang dibaringkan tepat di atas sofa terpanjang. pisau itu kini telah raib, hyunbin menyimpannya di dapur. sementara wonjin terlelap, si sulung mengambil handuk dan air hangat dalam wadah sedang. tak sanggup rasanya melihat wajah damai adiknya tertutup cairan merah pekat berbau amis itu.

rumah mereka terasa lowong, sepi dan hening seperti menelan habis kehidupan di bawah atap itu. hanya ada wonjin dan hyunbin di sana. jungmo, minhee dan hyeongjun pastilah pergi ke rumah sakit saat ini.

wonjin kembali ke ruang tengah, siap membasuh wajah adiknya. wonjin masih tak kunjung bangun hingga hyunbin kini tak sadar semakin khawatir. perlahan handuk basah itu menghapus noda merah di wajah wonjin. hyunbin berusaha tak menghiraukan bau anyir yang menusuk indra penciumannya. kala wajah wonjin hampir bersih dari noda itu, matanya terbuka.

"wonjin, ada yang sakit gak?"

yang lebih muda tak merespon. hanya menatap kosong langit-langit rumah itu tanpa ada niat untuk bicara.

"wonjin?"

lagi. hyunbin mencoba memanggil adiknya.

kini mata wonjin bergerak, menatap sang kakak yang penuh kekhawatiran. sayangnya hyunbin tau, ada yang salah sejak awal ia membawa wonjin masuk ke dalam rumah mereka. wonjin perlahan tersenyum, tak cukup lebar namun terlihat jelas.

hyunbin bergidik.

entah dari mana datangnya suara tawa yang kini terasa memecah keheningan rumah mereka. hyunbin memang tak bisa melihat apa yang minhee dapat lihat dengan jelas. namun, ia tak takut. hyunbin justru takut jika sesuatu itu menyakiti adiknya. terlebih kini wonjin tak henti menatapnya. bukan. hyunbin tau itu bukan adiknya.

"kami memenjarakannya,

dia tak akan kembali,"

suara yang keluar dari mulut wonjin itu terdengar bak diucapkan oleh puluhan orang yang berbeda. hyunbin menggeram marah karena tau suara itu bukan milik adiknya. mungkin adiknya tak lagi di sana, dan apapun yang 'mereka' penjarakan, kemungkinan besar adalah wonjin.

"keparat,'' gumam hyunbin.

ia tak takut, justru marah oleh apapun itu yang kini mengambil alih tubuh wonjin. akal sehatnya tak lagi menang melawan emosi yang meluap. hyunbin tak sadar, ia kembali jadi monster. kembali menjadi sosok yang ia sudah kubur dalam-dalam tepat saat ia menginjakan kaki di tempat ini.

sosok wonjin di depannya tertawa, memperlihatkan bahwa hyunbin tak cukup sanggup melawan mereka yang kini menang atas tubuh dan hidup adiknya. namun, tubuh wonjin masih sama seperti yang lain. kemarahan hyunbin justru menyakiti tubuh itu, tanpa tau apapun yang kini berada di dalamnya dapat keluar jika hyunbin merusak tubuh wonjin.

tawa itu tercekat saat hyunbin berhasil membuatnya memuntahkan cairan kental berwarna merah pekat ke atas lantai rumah. bau anyi kembali menyeruak dan hyunbin tak sadar merasa puas karena berpikir telah menyakiti sosok itu.

namun perkiraanya meleset.

hyunbin terkesiap kala tubuh wonjin kembali melemas dan ambruk.

saat itu ia sadar.

ia merusak tubuh wonjin tanpa tau bahwa adiknya ternyata masih di sana. ini jebakan dan hyunbin dengan mudahnya tertipu. hyunbin dengan panik mendekap adiknya.

wonjin memegang dadanya, menahan sakit dan ngilu luar biasa.

"maafin gua, jin. tolong tahan sebentar, abis ini kita ke rumah sakit. please, tahan jin-"

"kak, gua takut" ucap wonjin. mata wonjin perlahan basah dan ia kembali terbatuk sebelum akhirnya menutup mata.

hyunbin mengguncang tubuh adiknya itu dengan panik dan perlahan dapat ia rasakan tempo napas wonjin yang memendek. kalut dan lemas hyunbin rasakan di sekujur tubuhnya. ia ingin menyelamatkan wonjin, namun hyunbin tau monster yang beberapa saat lalu muncul dalam dirinya tak pernah punya cukup rasa belas kasih.

kini hening tak lagi terasa, karena isak pilu hyunbin menggema di bawah atap rumah mewah itu.

.

.

.

"kakak!!!"

jungmo terbangun saat jerit si bungsu yang tertidur di sampingnya terasa memekakan telinga. mereka masih di depan ruang tunggu operasi saat ini, menunggu kabar mengenai minhee. jungmo memegang bahu hyeongjun yang bergetar hebat, panik dan terkejut melihat adiknya.

"hyeongjun, ada apa?" tanya jungmo.

hyeongjun justru menangis keras saat matanya bertemu dengan milik si sulung. jungmo mendekapnya, mencoba memberi waktu bagi hyeongjun sampai si bungsu itu mau bercerita. namun hyeongjun justru memberi jarak dan berdiri dari tempatnya sekarang. jungmo menahan hyeongjun saat si bungsu itu hendak pergi.

"bilang sama kakak, kamu mimpi apa?"

hyeongjun tak sanggup menjawab. masih dengan berderai air mata, yang keluar dari mulutnya hanya sebuah nama dan entah mengapa perasaan tak enak menyergap jungmo tepat saat nama itu terdengar olehnya.









"kak wonjin,"







.

.

.

tbc

-godfelx

halo maaf ya jarang update di sini, saya buntu ide jadi agak lama cari plot yg pas buat nyambung satu chap ke chap lainnya.

buat yang masih baca, terima kasih banyak🙏

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang