[r e a d m e 1 . 1]

1.9K 484 48
                                    

"minhee?"

minhee melamun lagi. entah untuk yang ke-berapa kalinya hari ini. kali ini suara yunseong yang menyadarkannya. yang lebih muda kembali menaruh atensi pada film yang mereka saksikan bersama.

ini akhir pekan dan keduanya sedang berada di apartemen yunseong. sejak pulih total, yunseong memang memutuskan untuk tinggal terpisah dari ibunya dan menyewa apartemen yang dekat dengan kantor tempatnya bekerja.

hal ini juga dilakukan agar intensitas pertemuannya dengan minhee dapat bertambah tanpa mendapat gangguan dari siapa pun itu.

"ada apa?" tanya minhee.

"gua yang harusnya tanya. ada apa? hari ini juga banyak diem,"

minhee menghela napas lalu memijat pelipisnya. nyeri itu datang lagi, selalu di saat minhee memikirkan sesuatu secara berlarut-larut. yunseong yang mengerti akhirnya memutuskan untuk menghentikan film itu dan fokus pada apa yang mungkin minhee akan ceritakan.

"mau cerita gak?"

minhee menoleh sekilas lalu menggeleng pelan. ia tak ingin membicarakan ini, terlebih tujuannya berada di sini adalah untuk sedikit menghibur dirinya sendiri. pembicaraan mengenai sederet kejadian aneh yang terjadi di kediamannya kemungkinan besar akan jadi persoalan yang panjang untuk dibahas. minhee menghindari itu untuk sekarang.

"yaudah, kalo siap cerita bilang aja,"

"hm makasih kak,"

.









wonjin yang saat itu baru saja selesai mengerjakan tugasnya pun duduk bergabung dengan jungmo yang terlihat asik dengan kegiatannya di depan televisi. jungmo sedang membuka beberapa website di ponselnya dan setelah wonjin perhatikan, ia tau apa yang akan jungmo lakukan.

"gak guna, kak" ucap wonjin yang duduk bersandar di sisi jungmo.

jungmo menoleh hanya untuk mendapati ekspresi malas sang adik.

"kalo gak dicoba, kita gak tau hasilnya"

wonjin mendesah malas lalu tangannya terulur untuk mengambil ponsel itu dari genggaman jungmo. yang lebih tua hendak melayangkan protes, namun saat dilihatnya ekspresi kesal wonjin muncul di wajah adiknya itu, jungmo mengurungkan niat.

ia mengusap kasar wajahnya dan menghela napas.

"lu inget kan terakhir kali lu bawa hyeongjun ke psikiater hasilnya kayak apa?" tanya wonjin. pertanyaan retoris yang jungmo tau benar jawabannya.

"gua gak tahan harus liat dia ketakutan sama mimpinya sendiri," sahut jungmo.

"itu gift kak. orang-orang kayak kita aja gak bisa ngilangin itu, apalagi psikiater. lu malah nyiksa hyeongjun kalo gini caranya," ucap wonjin lalu pandangannya menerawang pada pigura besar yang mengabadikan senyum kelima saudara itu.

.







hyeongjun berjalan mendekati sosok yang membelakanginya itu. angin malam berhembus dingin menusuk kulitnya, namun hyeongjun terlalu dihantuin rasa penasaran atas apa yang dilakukan sosok yang berjongkok tak jauh darinya.

belum sampai hyeongjun di dekatnya,

orang itu mengangkat tangan dan di sana hyeongjun melihat sebilah pisau yang digenggam erat oleh jemari tangan orang itu. berlumur cairan pekat berwarna merah. hyeongjun bahkan bisa mencium bau bak karat besi dari tempatnya berdiri.

napas hyeongjun tercekat,

perlahan hyeongjun mengambil langkah mundur, sebelum sosok itu benar-benar menangkap basah dirinya.

saat hyeongjun yakin keberadaannya tak diketahui, sosok itu memanggilnya.

"hyeongjun...."

hyeongjun mematung, terlebih saat sosok itu mulai berbalik dan menoleh padanya.

dari situ ia juga tau, bahwa sesuatu yang ada dibalik tubuh orang itu adalah kelinci yang ia pelihara bersama kakak-kakaknya. kelinci malang itu terpotong menjadi beberapa bagian.

hyeongjun menjerit dan sosok itu berlari ke arahnya.

.











p.s ini potongan cerita untuk beberapa chap yang akan muncul

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang