XX. A Mark

2.2K 577 48
                                    

hari ini jungmo dan hyunbin pulang bersama. mobil yang dikemudikan jungmo itu memasuki halaman rumah saat jam menunjukan 8 malam. hyunbin merenggangkan tubuhnya saat ia turun dari mobil, begitu pun jungmo. keduanya melalui hari yang panjang dengan beberapa meeting yang harus dihadiri.

kedua sulung yang sudah berencana untuk istirahat setelah sampai di kamar itu nampaknya akan kembali disibukan karena teriakan dari dalam rumah besar mereka membuat keduanya otomatis berlari masuk ke dalam.

jungmo dan hyunbin mencari asal suara teriakan tersebut dan mendapati minhee serta hyeongjun tengah berdiri di depan pintu kamar wonjin. tanpa pikir panjang kedua sulung itu segera menghampiri adik mereka.

"siapa yang teriak?" tanya jungmo cukup panik saat melihat minhee berusaha membuka pintu kamar wonjin.

hyeongjun terus memanggil nama wonjin sembari mengetuk keras pintu kamar kakaknya itu.

"min, minggir dulu, biar gua coba" ucap hyunbin. minhee segera bergeser ketika hyunbin maju dan meraih gagang pintu kamar wonjin.

hyunbin diam beberapa saat lalu menggerakan gagang pintu kamar wonjin yang secara tiba-tiba dapat terbuka. dengan terburu-buru jungmo membuka pintu tersebut sehingga mereka bisa masuk ke dalam kamar wonjin.

lampu kamar wonjin mati. hyeongjun yang pertama melihat wonjin duduk lemas di depan lemari pakaiannya dengan kepala tertunduk.

"kak wonjin?" hyeongjun menghampiri wonjin diikuti yang lainnya. hyeongjun menyentuh bahu wonjin, memastikan kakaknya itu masih dalam keadaan sadar saat ini.

wonjin mengangkat kepalanya dan menatap keempat saudaranya yang penuh kecemasan. dia terlihat bingung, terutama saat hyeongjun tiba-tiba memeluknya erat.

"ada apa?" tanya wonjin bingung.

minhee menghela napas lalu mengusap wajahnya kasar. jungmo dan hyunbin yang masih tak mengerti apa yang baru saja terjadi hanya memandang minhee, meminta penjelasan.

"tadi pintu lu ketutup keras banget terus lu minta tolong, harusnya gua yang nanya ada apa kak," ucap minhee.

hyeongjun melepas dekapannya dan menatap wonjin dengan khawatir.

"tadi kakak minta tolong, hyeongjun juga denger kok"

wonjin menatap minhee sedikit terkejut.

"gini, pas lu pergi pintu gua emang ketutup tiba-tiba," ucao wonjin. "gua juga kaget tapi gua diem aja, terus gua-"

wonjin tak melanjutkan ucapannya kala ia menyadari dimana ia berada sekarang.

"gua tiduran di kasur," lanjut wonjin namun suaranya memelan sembari menatap keempat saudaranya. "kenapa gua disini?"

jungmo meminjat pelipisnya sembari membantu wonjin berdiri. hyeongjun masih tak melepaskan tangannya dari lengan wonjin.

"kakak gapapa?" tanya hyeongjun memastikan.

wonjin mengangguk sembari tersenyum pada si bungsu.

"keluar dulu deh, gelap disini" ucap jungmo yang berjalan keluar dari kamar wonjin, diikuti yang lain.

"terus kenapa tadi lu teriak?" tanya hyunbin saat mereka akhirnya memilih berkumpul di ruang tengah karena lampu kamar wonjin yang mati.

"gua gak teriak," jawab wonjin. "nih kak, gua kayaknya ketiduran terus ya gua kebangun gara-gara hyeongjun tadi bangunin gua,"

hyunbin menatap lekat minhee yang kini terlihat gusar. si sulung tau ada sesuatu yang tak beres terjadi di dalam rumah mereka. jungmo menatap hyeongjun yang masih tak melepaskan wonjin. si bungsu kini duduk dengan memeluk lengan wonjin.

"kak, lampu kamar lu kan mati, lu malem ini di kamar gua dulu," ucap minhee yang langsung disetujui oleh wonjin.

akhirnya setelah membicarakan peristiwa yang baru saja wonjin alami, kedua sulung itu pergi ke kamar mereka untuk membersihkan diri. wonjin, hyeongjun dan minhee memilih untuk menunggu di ruang tengah karena mereka akan makan malam di luar.

"lu gak ngerasa ada sesuatu di kamar lu, kak?" tanya minhee. wonjin menggeleng.

"kalo pun ada gua gak bisa liat," jawab wonjin terlihat lebih relax dari sebelumnya.

hyeongjun tiba-tiba berdiri dan meminta minhee untuk menemaninya ke kamar. si bungsu ingin mengambil dompet serta ponselnya yang ia tinggalkan di atas meja belajar. minhee tanpa penolakan segara berdiri dan berjalan ke kamar hyeongjun.

saat mereka masuk ke dalam kamar hyeongjun, si bungsu menatap minhee dengan khawatir. ia memegang erat kaus yang minhee kenakan saat itu.

"minhee, tadi hyeongjun liat sesuatu," ucap hyeongjun hampir berbisik.

minhee melepaskan tangan hyeongjun dari kausnya dan menggenggam jemari si bungsu. minhee membawa hyeongjun duduk di atas ranjang.

"tenang, jun" ucap minhee. "tadi liat apa?"

"hyeongjun liat ada memar di tengkuk kak wonjin, bentuknya mirip tangan," ucap hyeongjun.

"keliatan jelas gak?" tanya minhee.

"kalo dari jauh mungkin agak samar soalnya ketutup rambut kak wonjin," jawab hyeongjun masih tak bisa menghilangkan kekhawatirannya.

"minhee liat sesuatu gak waktu kita masuk ke kamar kak wonjin?" tanya hyeongjun.

minhee kembali mengingat sosok yang menghilang di balik lemari kamar wonjin saat mereka menghampiri wonjin yang duduk di depan lemarinya. ia rasa hyeongjun sudah cukup takut dan khawatir, jadi minhee memilih untuk tak menceritakan apa yang ia lihat.

minhee menggeleng sembari tersenyum untuk menenangkan hyeongjun.

"kak wonjin pasti baik-baik aja, udah jangan khawatir lagi," ucap minhee sembari mengusap tangan hyeongjun dalam genggamannya.

hyeongjun hanya berharap tak ada hal buruk yang terjadi pada kakaknya. 

.

.

.
tbc

-godfelx

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang