12~Hanako

2.5K 279 115
                                    

Ikeda Hanako namanya. Perempuan yang menjadi teman kecil Keita dan akhirnya menjadi tunangan Keita, tepatnya calon tunangan. Ia puteri seorang Jenderal. Hanako cemas mendengar berita Keita mendapat hukuman militer karena melanggar protap. Oleh karena itu Hanako bersikeras pergi menjenguk Keita ke Ungaran.

"Hanako-chan, ryori wa zuibun oosugi dayo  (Kamu memasak banyak sekali)?"Nyonya Ikeda heran saat anak perempuannya sibuk berkutat di dapur.

"Ini makanan kesukaan Kei-chan. Aku akan membawanya ke Ungaran." Hanako menjepit setiap makanan dan menatanya dalam kotak bento bertingkat.

Nyonya Ikeda hanya tersenyum melihat tingkah anaknya.

"Kei-chan ni dai suki na no (Kamu suka sekali dengan Kei chan)?" Pertanyaan retoris itu terucap dari bibir sang bunda.

"Sonna kotaemasuka (Perlu dijawab)?" Hanako menyuapkan sebuah tempura kepada ibunya.

"Tidak kamu jawab pun, Okaa-san sudah tahu." Nyonya Ikeda menyentil hidung Hanako gemas. Anak gadisnya sudah tumbuh dewasa menjadi gadis cantik dan hanya mengarahkan hatinya pada Sato Keita.

Setelah semua siap, Hanako pamit kepada ibunya. Hanako diantar seorang sopir dan satu orang pengawal karena Jenderal Ikeda khawatir dengan perjalanan jauh yang ditempuh oleh putrinya. Perjalanan Yogyakarta ke Ungaran cukup jauh. Mereka melintasi beberapa daerah; Muntilan, Magelang, Ambarawa, hingga akhirnya memasuki Ungaran. Di perbatasan Bawen, mobil yang ditumpangi Hanako mengalami kerusakan mesin.

Dret ... dret.

Bunyi mobil mulai menunjukkan ketidakstabilan kinerja mesin. Tiba-tiba mobil itu berhenti. Bagaimanapun cara sang sopir mencoba menyalakan ulang dengan memutar kunci tetap saja mesin mobil itu tidak menyala.

"Nakamura-san, dou nattaka (Apa yang terjadi)?" tanya Hanako was-was karena mereka ada di tengah jalan di hutan.

"Ikeda-sama, sumimasen deshita (Maaf, Ikeda-sama). Sepertinya mesin mobil mengalami kerusakan."

"Sial! Kamu tadi tidak mengeceknya lebih dahulu?" umpat Hanako. Yang dimarahi hanya bisa pasrah karena dia pasti tetap akan dimarahi oleh nona mudanya dengan apapun alasan yang dia lontarkan.

"Saya sudah mengeceknya."

Hanako melepas napas panjang. Dia tidak ingin emosi mempengaruhinya karena yang lebih penting sekarang adalah bertemu dengan Keitanya tercinta.

"Konkai, yuruseru (Baiklah kali ini kamu kumaafkan). Aku akan berjalan kaki menuju kediaman Sato."

Hanako turun dari mobil itu dibawah terik matahari yang menyengat.

Hanako berjalan dengan langkah kecil-kecil namun cepat berharap dirinya bisa segera sampai di kediaman Sato ditemani pengawal pribadinya. Sengatan matahari yang menerpa kulit yang putih tidak dirasakan. Sesekali angin menerbangkan debu yang membuat Hanako terbatuk-batuk.

Sepanjang jalan pikirannya hanya dipenuhi Keita ... Keita ... dan Keita.

Pukul empat sore Hanako sampai di kediaman Sato. Beberapa penjaga menyapanya dengan membungkukkan badan. Keringat bercucuran di punggung di bawah kimono sutranya.

Aku akan mengejutkannya. Bagaimana ya kira-kira ekspresi Kei-chan?

Hanako tersenyum-senyum sendiri menduga reaksi apa yang akan dimunculkan oleh calon tunangannya. Beberapa langkah lagi dia sudah mendapati kamar Keita. Dua penjaga di depan pintu kamar, disuruhnya minggir sejenak memberi ruang baginya.

Hanako berhenti di depan kamar Keita. Dia menghirup napas panjang, mengusap lembut keringat yang ada di dahi dan kening. Hanako berdeham sejenak mengatur suaranya agar tidak serak. Pelan tapi pasti, kaki di atas sandal kayu khas Jepang itu melangkah. Hanako sengaja mengangkat pintu itu agar tidak berderik.

Kei...(completed- Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang