14~ Kinanthi

2.4K 281 138
                                    

Hari itu, hari pertunangan Keita. Namun, Keita sudah berada lagi di depan kamar Bu Sri. Seperti biasa dirinya melihat Bu Sri yang duduk dengan tatapan kosong bersenandung tembang yang Keita tidak tahu artinya. Sudah satu minggu ini Keita tidak pernah absen menjenguk Bu Sri di kantor militer Semarang yang dikomandoi oleh Hiro, teman baiknya.

Keita duduk di lantai lorong bangunan bekas rumah sakit itu,mendengar setiap lantunan lagu memilukan yang keluar dari bibir wanita bangsajajahannya. Melodi yang masuk ke telinga Keita membuat hati Keita bergetar.Irama lagu itu pernah didengarnya dari mulut seorang Himeka Keinan, walau bedajauh kualitas suaranya.

Keita menyandarkan kepalanya ke tembok di balik kamar Bu Sri. Matanya terpejam menikmati senandung itu. Sementara tangannya menggenggam sapu tangan di pucuk. Sapu tangan merah itu melambai tertiup angin yang menyejukkan cuaca panas kota Semarang.

Embusan angin sepoi-sepoi meninabobokkan Keita. Ditambah lantunan lagu Kinanthi dari suara merdu Bu Sri membuat dirinya terhipnotis hingga terlelap tanpa menyadari sapu tangan itu lepas dari tangannya dan tertiup sang bayu.

Bu Sri menghentikan lagunya. Dia melihat sapu tangan merah yang sangat dikenalinya terbang tertiup angin. Bu Sri turun dari dipan. Perlahan dia berjalan keluar dan membungkuk memungut sapu tangan itu.

"Kei," gumamnya sambil mencium sapu tangan yang harum. Bu Sri menoleh ke kanan dan mendapati pemuda Jepang tertidur di lantai. Kepala lelaki itu mendongak bersandar di tembok yang dingin dan lembab.

Manik mata Bu Sri tidak lepas dari sosok sang tentara. Wajahnya yang rupawan itu tampak lelap dan tenang dalam tidurnya. Bu Sri menurunkan badan, berlutut di depan Keita. Lama Bu Sri mengamati lelaki muda itu dan timbullah rasa iba di hatinya. Keita yang dari tadi menjadi obyek pengamatan wanita paruh baya itu akhirnya terbangun. Dia terkejut ada Bu Sri di depannya.

Bu Sri memegang tangan Keita dan menengadahkan telapak tangan pemuda itu seraya meletakkan sapu tangan merah di telapak tangan Keita yang besar. Jemari Keita ditelungkupkan sehingga Keita menggenggam sempurna benda yang kini ada di tangannya.

Mata Keita berpindah dari tangannya ke wajah ayu perempuan pribumi yang sudah dimakan usia.

"Arigatou," ucap wanita itu lirih sambil tersenyum.

Keita menelan ludah kasar. Keita mendengar dengan jelas ucapan terima kasih dalam Bahasa Jepang dari bibir Bu Sri. Senyuman Bu Sri terlihat seperti embun di hati Keita yang kering kerontang.

Tanpa menunggu reaksi Keita, Bu Sri berdiri dan berja- lan masuk ke kamarnya.

Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga anakmu.

***

Bu Sri melantunkan tembang Kinanthi. Tembang itu mengingatkan pada sang suami yang selalu tertidur bila ia mulai menyanyikannya. Salah satu lagu Jawa macapat yang menggambarkan nuansa kebahagiaan, kasih sayang dan keteladanan hidup. Dan dengan nama tembang ini, Letkol Soeyanto—suaminya—memberi nama putri kecilnya Keinan, dengan harapan dia akan tumbuh menjadi gadis yang selalu bahagia dan penuh kasih terhadap sesamanya.

Setiap lirik keluar dari bibir Bu Sri.

Padha gulangen ing kalbu

Ing sasmita amrip lantip

Aja pijer mangan nendra

Ing kaprawiran lan kaesthi Pasunen sarinira

Sudanen dhahar lan guling

Kata-ata dalam tembang itu adalah nasihat yang berarti:

Latihkan di dalam hatimu

Tentang suara hati agar menjadi pandai

Kei...(completed- Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang