Sato Keita berupaya membuka pintu tetapi pintu lemari yang tidak terkunci itu seperti ditahan dari dalam. Keinan yang di dalam takut kalau-kalau itu bukan Keita, alih-alih Kolonel Sato, ayah Keita. Sekuat tenaga Keinan menahan pintu lemari dari dalam agar tidak terbuka.
Dengan sekuat tenaga, Keita menarik gagang pintu lemari, membuat yang di dalam ikut terpelanting keluar menabraknya. Keseimbangan Keita rubuh saat Keinan jatuh menimpa dirinya.
Cup.
Bibir mereka bertemu. Bola mata Keinan membulat begitu juga dengan kelopak mata sipit Keita melebar karena terlihat kaget. Keinan buru-buru bangkit dan mengibaskan gaunnya dengan angkuh seperti bukan seorang penyelinap. Keita yang masih berada di lantai menyangga badannya dengan siku tangan kiri dan tangan kanannya mengusap bibir yang semakin memerah karena hantaman keras bibir Keinan.
"Kamu gila! Sudah kuperingatkan jangan ke sini!!" hardik Keita dengan suara tertahan supaya tidak terdengar dari luar. Malam hari membuat suara sekecil apapun bisa terdengar.
"Aku ke sini untuk mengetahui nasib masku, Raka."
"Ssstttt.!!! Jangan kau sebut nama itu atau kita berdua akan celaka!" Mata Keita semakin mendelik. Dia memberi isyarat dengan jari telunjuk di depan bibir tipisnya.
Kita berdua? Apa maksudnya? Kalau aku sudah pasti, pikir Keinan.
"Kumohon ... tolonglah kakakku...." Keinan kembali jongkok karena sedari tadi Keita masih terduduk di lantai.
"Oh, dengan apa kau akan memohon?" ucap Keita sinis dan menegakkan tubuhnya bersandar pada telapak tangan kirinya. Keita mencondongkan wajahnya sangat dekat dengan Keinan, berusaha menyelisik apa yang dipikirkan perempuan itu.
"Apapun. Apa pun akan kuberi bahkan nyawaku ... asal lepaskan masku."
"Apapun?" Keita menyeringai membuat bulu kuduk Keinan berdiri. Wajah mereka yang sangat dekat itu memungkinkan Keinan melihat secara detail wajah Keita.
"Termasuk ini?" lanjut Keita menantang Keinan. Keita mengusap lembut pipi dan bibir Keinan membuat wajah Keinan pucat pasi.
"Sayangnya...," bisik Keita tepat di samping telinga Keinan. Keita terdiam sejenak. Embusan napas dari bibir Keita membelai telinga Keinan. Keinan saat itu begitu ketakutan. "Aku tidak berminat denganmu!!" sergah Keita mendorong jatuh Keinan sampai tersungkur.
Ucapan Keita barusan membuat air matanya berderai. Tangannya mengepal.
Ya ... kalau harus kehilangan semuanya akan kulakukan asal Mas Raka bisa bebas.
Keita memegang rahang Keinan dengan kuat, menariknya sehingga Keinan kesakitan. Lelaki itu memicingkan matanya dengan bengis seraya berbisik, "Aku tidak berminat dengan wanita yang terlihat takut saat kupegang seolah aku adalah monster."
"Bukankah kalian sama saja dengan monster?" desis Keinan, lalu satu tamparan mendarat di pipinya. Mata Keinan nanar. Pipinya terasa panas. Gadis itu hanya bisa mengelus pipi kanannya.
"Kembali ke ruanganmu atau kamu menyesal seumur hidupmu!!" seru Keita.
Keinan berlari keluar menuju pavilliun. Hatinya remuk oleh rasa malu dan murka.
"Cih! Berani benar dia menyebutku monster!!" umpat Keita.
Keinan menyesal dan mengutuk kenekatannya menemui Keita. Dia berpikir Keita malam itu benar-benar akan merenggut kesuciannya namun hal itu tidak terjadi.
"Aku tidak berminat denganmu...."
Kata itu terngiang di kepala Keinan.
"Syukurlah kamu tidak berminat. Aku jauh tidak berminat denganmu!!" gumam Keinan bergolak dipenuhi kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kei...(completed- Sudah Terbit)
Ficción histórica"Sayangnya, aku tak berminat kepadamu!" - Keita Sato "Laki-laki itu seperti monster berwajah manusia." - Himeka Keinan Keita Sato adalah pemuda Jepang di era tahun 1940 an yang menjajah bumi Indonesia.. Himeka Keinan adalah gadis indonesia yang iku...