"Bersama Haana, aku selalu ingin lebih dari sekadar menjadi pacarnya." -Jimin Parks Slezy (Prince Tears)
"Jimin adalah ketidakmungkinan yang aku inginkan." -Haana Myn Sviendri
---
"Kau tidak akan sendirian, Nara." -Suga Myn Sviendri (Prince Sweat)
"...
Padahal chapter ini tuh udah selesaayyy darii dua hari silammm
AKU BERSALAH! :(
Oke this is for you my readernim yang masih setia stay di Tranquil
TERHURAAAHH AKUTUHHH
aku bakal siapin reward untuk kalian yg setia sama Tranquil! Dan beruntung! Sungguh!
Wait for it!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
-Suga
Pintu kayu berwarna cokelat tua bertuliskan "Nara's Room" itu tertutup rapat. Sejak melepas teman Koreanya pulang ke London, Nara langsung masuk kamar tanpa menghiraukan keberadaanku. Beberapa kerabat yang datang satu per satu pergi. Aunti Zee yang paling dekat dengan keluarga Nara dan tinggal beberapa blok dari sini menjadi orang terakhir yang pulang.
"Tidak bisakah Aunti tinggal beberapa hari lagi?" tanyaku saat mengantarnya ke halaman depan tadi.
"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Maafkan aku, Prince."
"Aku takut Nara semakin tidak nyaman..."
"Kau orang yang paling bisa membuatnya nyaman."
"Itu dulu," senyumku terurai lirih.
"Boleh aku bertanya, apa rencanamu sekarang?"
"Andai bisa, aku ingin membawanya kembali ke Tranquil."
"Kau ingin kembali seperti dulu?"
"Aku ingin memastikan dia baik-baik saja dan tidak sendirian."
"Kau tau itu bukan jawaban yang dia inginkan darimu."
Aku tidak terkejut jika tanggapan Aunti Zee seperti itu. Aku paham situasinya, mana bisa aku memintanya tinggal di sisiku, di rumahku, di Klanku tanpa status yang jelas. Nara tidak akan menerima ide gila itu, kaumku juga tidak akan tinggal diam, bahkan jika pun aku mengambil keputusan untuk menikahinya dia belum tentu akan menerima itu setelah apa yang kulakukan padanya, dan sudah pasti klanku menentang mati-matian.
Bracekey-ku berkedip menampilkan sambungan video dari Hope.
"Kapan kau pulang?" tanyanya.
"Aku belum bisa pastikan. Apa ada masalah mendesak di sana?"