"Bersama Haana, aku selalu ingin lebih dari sekadar menjadi pacarnya." -Jimin Parks Slezy (Prince Tears)
"Jimin adalah ketidakmungkinan yang aku inginkan." -Haana Myn Sviendri
---
"Kau tidak akan sendirian, Nara." -Suga Myn Sviendri (Prince Sweat)
"...
Langsungajaanggakusahcuap-cuap karena author udahngantukbanget ><
hehee!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
-Suga
Setelah keputusan perubahan UU disetujui, selanjutnya pengesahan dokumen pun dilakukan. Secara resmi UU Pernikahan Prince Klan sudah memperbolehkan seorang Prince menikahi manusia biasa. Namun urusan di Klanku masih belum selesai. Bahkan saat penandatangan UU hanya sebagian saja yang menghadirinya di Tranquil. Aku tau inilah saat ketika tahtaku mulai dipertaruhkan. Mereka akan sangat keras kepala memintaku melepaskan tahta jika aku bersikukuh menikahi Nara. Tetapi aku tidak kalah keras kepalanya.
Seharian ini aku didatangi para tetua Klan yang masih memandang persahabatan dengan keluargaku, membujuk agar aku memikirkan kembali soal rencana menikahi Nara. Tapi keputusanku tidak bisa berubah, tidak akan pernah berubah.
Nara tampak gusar, hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya. Aku lirik Hope yang sama pendiamnya namun masih tampak bersusah payah menghabiskan makannya. Sementara Haana berada di Seattle untuk beberapa hari ke depan karena pekerjaan. Mungkin ini kesempatan yang baik mengingat Haana tidak ada di sini dan tidak akan mungkin bisa mendengar obrolan kami bertiga yang sangat krusial.
Selepas makan malam aku meminta Nara dan Hope ke ruang kerjaku. Di sinilah kami bertiga duduk untuk bicara. Ruanganku kedap suara sehingga kupastikan tidak ada telinga yang bisa mendengar obrolan kami.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Hope dingin.
"Tentang Haana," jawabku lugas. "Kau tau aku tidak bisa melepaskan Nara, tapi aku berusaha untuk tidak kalah dan mempertahankan tahtaku."
"Suga..." Nara menyentuh tanganku. "Tidak perlu buru-buru. Aku sudah baik-baik saja, jadi untuk saat ini cobalah sedikit memperhatikan Haana."
"Tentu, Nara, tapi kita tetap harus bicarakan sisi terburuknya. Kita memang tidak perlu buru-buru menikah, tapi sekarang atau nanti kita tetap akan menikah serta menghadapi apa yang tadi kukatakan."
"Haana sampai sekarang belum tau apa-apa. Aku justru lebih takut dan cemas padanya. Jika kita menggagas pernikahan, lalu kau dipaksa turun tahta, kemudian kenyataan tentang kelahirannya terungkap, apalagi yang bisa melindunginya di dunia ini, Suga?"
Aku menunduk menahan perih yang teramat menyakitkan. Terlintas bayangan wajah ibuku sebelum pergi untuk selamanya. Dia tidak meminta aku menjadi Prince terbaik, juga tidak memintaku mengabdikan diri pada Klan, melainkan dia hanya meminta agar aku menjadi kakak yang bisa melindungi Haana selamanya.